Tidak boleh ada lagi kesalahan di dua partai tersisa timnas U-22 Indonesia di Grup H Kualifikasi Piala Asia U-23 2018 melawan Mongolia, Jumat (21/7/2017), dan tuan rumah Thailand dua hari berselang.
Penulis: Andrew Sihombing/Kukuh Wahyudi
Kekalahan dari Malaysia memang mengejutkan dan menyulitkan. Tapi, pintu belum betul-betul tertutup. Hasil seri yang diraih oleh Thailand saat melawan Mongolia sedikit-banyak telah membantu Tim Merah-Putih.
Tentu tidak ada lagi maaf bagi Luis Milla bila anak buahnya kembali gagal tampil mengesankan.
Di laga perdana, keputusan pelatih asal Spanyol ini menyimpan Evan Dimas di babak pertama dan tidak menurunkan Hansamu Yama dipertanyakan banyak pihak.
Berdasarkan pengakuan Milla di sesi konferensi pers selepas laga, Indonesia U-22 memang lebih baik begitu Evan merumput. Tapi, ia tak melihat keputusan itu sebagai kesalahan.
"Sekali lagi saya katakan keputusan ada di tangan pelatih. Kami bermain dengan 11 pemain dan tiga pengganti," kata Milla.
"Jadi, saya bergantung pada 14 pemain yang bermain itu saat melawan Malaysia. Saya tidak punya keraguan kalau 11 pemain pertama adalah pemain terbaik yang saya turunkan," tuturnya.
Hal ini boleh jadi tak lepas dari penilaian Milla bahwa kualitas semua pemainnya sama baiknya. "Buat saya, 23 pemain di tim merupakan pemain inti," tuturnya.
Bola Panjang
Tentulah pandangan Milla bisa dimengerti. Hanya, memainkan Evan, terutama di laga melawan Mongolia, akan memberikan keuntungan bagi Garuda Muda dari segi taktik.
Sebagai pengatur tempo serangan, Evan sering turun meminta bola untuk kemudian beroperasi di garis tengah.
Dengan kemampuannya menguasai si kulit bulat, gelandang Bhayangkara FC ini adalah orang yang tepat untuk memancing pemain Mongolia U-22 naik dan tidak lagi bermain terlalu dalam.
Pada saat yang pas, Evan bisa melepas umpan ke belakang bek lawan demi memaksimalkan kecepatan para penyerang sayap. Jangan lupa, pola seperti inilah yang berujung pada gol Thailand ke gawang Mongolia U-22.
Kekuatan lini belakang, yang dianggap sebagai biang keladi di laga melawan Malaysia U-22, boleh jadi juga akan terangkat oleh Hansamu.
Tapi, kehadiran bek milik Barito Putera ini sekali pun tak akan berguna bila lini belakang tak betul-betul waspada sepanjang 90 menit.
Baca Juga:
- Mourinho Kecewa dengan Aktivitas Transfer Manchester United
- Leipzig Tolak Rp 1,15 Triliun untuk Lepas Gelandang Ini ke Liverpool
- Efek Domino Jika Transfer Morata ke Chelsea Sukses
Hal ini tak lepas dari gaya bermain Mongolia U-22. Tim asuhan Michael Weiss kerap memperagakan operan panjang ke lini depan.
Pola seperti ini pula yang berujung pada hadiah penalti saat menghadapi Thailand. Sedikit saja Bagas Adi Nugroho cs lengah, alamat neraka yang bakal terjadi.
Tim lawan siap mengintai peluang menciptakan mimpi buruk itu.
"Indonesia merupakan tim hebat dan lebih diunggulkan. Mereka kebobolan dua gol dari set-piece, tapi secara keseluruhan merupakan tim bagus. Hanya, segalanya dapat terjadi di sepak bola," ucap Weiss.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar