Pelatih Luciano Spalletti meminta secara personal kepada Inter Milan agar mendatangkan Borja Valero dari Fiorentina. Permintaan itu kini sudah dipenuhi. Borja telah diperkenalkan kepada publik sebagai pemain I Nerazzurri.
Penulis: Anggun Pratama
"Saya datang ke Inter untuk membantu, dalam posisi apa pun yang diinginkan oleh pelatih. Saya punya pengalaman di Serie A dan liga lain (Spanyol dan Inggris). Saya tahu bisa membantu tim ini baik di dalam atau pun luar lapangan. Saya akan memberikan yang terbaik," tutur Borja di situs klub.
Pria Spanyol itu akan mengenakan kostum bernomor punggung 20, seperti yang ia pakai di Villarreal. Borja punya karier panjang, mulai dari akademi Real Madrid, pindah ke Real Mallorca, West Bromwich Albion, Villarreal, Fiorentina, dan kini di Inter.
Pertanyaannya, akan dimainkan di mana Borja? Bersama Fiorentina, ia bermain sebagai salah satu gelandang serang dalam sistem 3-4-2-1.
Spalletti mungkin bakal memakai sistem 4-2-3-1 bersama Inter Milan. Bila dijadikan gelandang serang, ia akan beroperasi di belakang Mauro Icardi.
Borja disebut akan dijadikan seperti Radja Nainggolan di AS Roma, yang sangat mobil mematahkan serangan lawan di daerah lawan.
Melihat usia yang sudah 32 tahun dan tenaganya yang tak sebesar Radja, muncul potensi Borja bakal diletakkan sebagai gelandang sentral yang beroperasi di jantung permainan Inter.
Baca Juga:
- Apa Alasan Mourinho Pilih Lukaku daripada Lacazette?
- Silverstone Mungkin Tidak Lagi Jadi Venue GP Inggris Setelah 2019
- Jose Mourinho Pastikan Tiga Kiper Man United Akan Dirotasi
Spalletti memproyeksikan Borja sebagai regista guna mengendalikan permainan Inter. Borja ingin dijadikan seperti David Pizarro, yang sempat kerja bareng Spalletti di Udinese dan Roma.
Hal ini didasari pada kejadian musim lalu ketika Inter tak punya pemikir yang bisa mengatur alur permainan. Terlebih Premium Sport mengklaim Spalletti tak puas dengan kemampuan Geoffrey Kondogbia buat menjalani peran tersebut.
Dalam sesi latihan di Brunico, Spalletti awalnya menduetkan Kondogbia dengan Roberto Gagliardini. Hanya, Kondogbia dianggap terlalu lambat dalam pergerakan, bahkan dalam berpikir.
Maksudnya adalah pemahaman taktik dan pembuatan keputusan Kondogbia tak sebaik Borja.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | juara.net |
Komentar