Mungkin Saul Niguez juga bisa menyebut Atletico sebagai penyelamat. Kisahnya dimulai ketika ia meninggalkan kota kelahirannya, Elche, untuk bergabung dengan akademi Real Madrid. Ketika itu, usianya baru 11 tahun.
Korban Bully
Niguez tidak memiliki kenangan lain selain memori buruk selama ia berada di La Fabrica. Niguez menjadi korban bully ketika di Real. Akan tetapi, Niguez tidak menyebut hal itu sebagai sesuatu yang menyakitkan untuk dibicarakan.
“Sama sekali bukan hal yang menyakitkan, tetapi menjadi sebuah pengalaman yang berharga. Dalam artian, saya bisa menjadi dewasa, belajar banyak hal. Tapi, tetap saja sulit untuk anak berusia 11 tahun,” kata Niguez.
Setelah dua tahun berada di Real, pada Juli 2008, Niguez pindah ke Atletico. Pada saat itu, ia menyadari bahwa dunia sama sekali tidak berakhir hanya karena ia meninggalkan salah satu klub terbesar di dunia.
“Sejak masih kecil, saya selalu punya kepercayaan diri yang tinggi. Dunia tetap ada ketika saya meninggalkan Real. Bahwa saya akan bermain di tempat lain. Tujuan utama saya bermain sepak bola adalah untuk menikmatinya. Jadi, berada di Real dan meninggalkan klub itu sama sekali bukan trauma,” ujar pemain bertinggi 181 cm itu.
Baca Juga:
- Djoko Susilo Sebut Persiwa Wamena Kalah Akibat Stamina dan Vakum 2 Musim
- Lee Chong Wei Akan Buka Akademi Bulu Tangkis di Malaysia
- Dewi Fortuna Tidak Berpihak, Persbul Buol Kalah dari Yakuhimo FC
Di Atletico, terutama saat ini, Niguez bertemu pelatih seperti Diego Simeone. Pelatih asal Argentina itu tahu benar bahwa Atletico sangat beruntung mendapatkan pemain seperti Niguez.
“Dia selalu menjadi seorang central midfielder. Di sanalah ia merasa paling yakin bermain. Dia memiliki semua modal: tembakan dari jarak dekat, kemampuan untuk menguasai lapangan, bagus dalam duel udara, kuat bertahan, dan intensitas. Niguez sangat penting saat ini dan juga di masa depan, selama dia masih ingin terus berkembang,” kata Simeone.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar