Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

4 Penyeberang Terpopuler dari Atletico ke Real Madrid

By Sabtu, 15 Juli 2017 | 12:05 WIB
Penyerang Real Madrid, Alvaro Morata, saat tiba di hotel tempat timnya menginap di Munich, Jerman, menjelang laga babak perempat final Liga Champions 2016-2017 melawan Bayern Muenchen.
MATTHIAS BALK/AFP
Penyerang Real Madrid, Alvaro Morata, saat tiba di hotel tempat timnya menginap di Munich, Jerman, menjelang laga babak perempat final Liga Champions 2016-2017 melawan Bayern Muenchen.

Dibina di tim junior Atletico Madrid, tapi namanya menjulang saat membela Real Madrid. Kisah-kisah itu pernah terjadi di masa lalu. Kali ini Theo Hernandez yang terlibat dalam transfer antara dua rival ibu kota Spanyol tersebut.

Penulis: Riemantono Harsojo

Real Madrid mengamankan jasa Theo Hernandez dari Atletico Madrid di bursa transfer musim panas ini.

Kepindahan bek berusia 19 tahun itu spesial karena dia belum mentas sekali pun di tim senior Atletico dalam kancah La Liga.

Theo bukan penyeberang pertama. Berikut empat transfer terpopuler yang melibatkan perpindahan pemain dari Atletico ke El Real sebelumnya.

 

1. Paco Llorente - Kurang Menonjol

Mengawali karier dengan bermain di Urbis, Francisco Llorente Gento kemudian masuk tim junior Real Madrid pada 1983. Namun, karena kurang menonjol, semusim berikutnya Paco bermain di CD Mostoles.

Di sana permainannya menarik perhatian pemandu bakat Atletico Madrid. Paco pun direkrut klub pelapis rival Madrid, Atletico Madrileno yang saat itu bermain di Divisi Dua. Pada musim 1986-1987, sang sayap naik ke tim utama.

Di Atleti, dia menonjol dengan tampil sebanyak 29 kali. Paco direkrut kembali Madrid pada 1987. Salah satu kenangan terbaik Paco di Los Blancos terjadi pada pertandingan babak kedua Piala Champions 1987-1988 melawan Porto.

Muncul dari bangku cadangan saat Madrid tertinggal 0-1 dari tuan rumah yang membuat timnya sementara kalah dengan agregat 2-2, Paco melepas dua assist untuk Michel melalui aksi di sisi lapangan yang mengingatkan orang pada pamannya Francisco di tahun 1950 dan 60-an.

Baca Juga:

Madrid lolos. Dengan Michel bermain di sayap serta Hugo Sanchez dan Emilio Butragueno sulit digeser sebagai penyerang utama, Paco tidak reguler menjadi pemain utama.

Jatah menit bermainnya berkurang ketika Madrid dilatih John Toschack dan kemudian Benito Floro. Dia bahkan dimainkan sebagai bek kanan.

Paco meninggalkan Madrid pada 1994 dan pensiun pada 1998 dalam usia 33 tahun saat berseragam Compostella.

 

2. Raul Gonzalez - Alasan Ekonomi

Salah satu pemain terpenting dalam sejarah Real Madrid. Status tersebut pantas disandang Raul Gonzalez. Di 18 musim bermain untuk Madrid dengan antara lain ikut mempersembahkan enam trofi La Liga dan tiga mahkota Liga Champions.

Namun, jika bukan karena alasan ekonomi dari klub rival, mungkin mantan kapten Real Madrid ini tidak memiliki status tersebut.

Mengawali karier di klub tempat dirinya dibesarkan, CD San Cristobal de los Angeles saat berusia 10 tahun, Raul kemudian bergabung dengan tim junior Atletico Madrid.

Bersama Atleti junior, dia menjadi kampiun nasional kategori cadete. Menyusul keputusan Presiden Atletico saat itu, Jesus Gil, menutup akademi Atleti karena alasan finansial, Raul hijrah ke tim junior Madrid.

Di tim junior Los Blancos, Raul selalu sukses dalam promosi hingga akhirnya mampu masuk tim Madrid C, B, dan tim utama pada musim yang sama di 1994-1995. Cerita selanjutnya sudah diketahui.

Raul menjadi ikon Madrid dan dia menjadi salah satu pemain terbaik dalam sejarah sepak bola Spanyol. Sepanjang karier bersama Madrid yang berakhir pada 2010, Raul mencetak 323 gol dari 741 penampilan di berbagai ajang.

Dari jumlah gol di atas, 11 di antaranya dicetak Raul ke gawang Atletico.

 

3. Hugo Sanchez - Melonjak di Madrid

Menjadi salah satu pencetak gol terbaik di Liga Meksiko, dengan mencetak 97 gol dalam 188 penampilan bersama UNAM pada 1976-1981, Hugo Sanchez diminati klub-klub Eropa. Atletico Madrid mendapatkannya pada 1981.

Sanchez kurang menonjol pada musim pertamannya di Eropa. Sang penyerang hanya mencetak 8 gol dalam 20 penampilan bersama Atleti di La Liga 1981-1982. Namun, pada musim-musim berikutnya dia mulai reguler bikin gol.

Puncak ketajaman Sanchez bersama Atleti terjadi pada musim 1984-1985. Dia mengemas 19 gol dalam 33 penampilan di La Liga. Torehan itu mengantar bomber Meksiko ini meraih gelar top scorer.

Selain itu, dengan mencetak enam gol Sanchez berperan penting mengantar klubnya juara Copa del Rey 1984-1985. Pada Juli 1985, Sanchez hijrah ke Real Madrid.

Di klub ini dia melonjak dan melekatkan namanya sebagai salah satu penyerang terbaik di Eropa pada tahun 1980-an.

Selain lima kali beruntun mengantar Los Blancos juara La Liga (1985-1990), striker berjuluk Hugol ini juga lima kali beruntun meraih gelar el pichichi (1985-1990).

Dengan koleksi 38 gol, Sanchez meraih Sepatu Emas Eropa pada musim 1989-1990. Saat meninggalkan Madrid pada 1992, dia total mengemas 208 gol dari 283 penampilan di berbagai ajang.

 

4. Alvaro Morata - Bukan Pilihan Utama


Penyerang Real Madrid, Alvaro Morata, saat memasuki podium perayaan kemenangan timnya di ajang Liga Champions 2016-2017 yang digelar di Stadion Santiago Bernabeu, Madrid, (4/6/2017).(CURTO DE LA TORRE/AFP)

Setelah dua tahun berada di tim junior Atletico Madrid (2005-2007), Alvaro Morata memutuskan untuk pergi setelah pelatih Jose Maria Amorrortu tak menjadikannya sebagai pilihan utama.

Morata memilih bergabung dengan tim junior lain asal Kota Madrid, Getafe. Satu tahun berada di sana, dia lalu bergabung dengan tim junior Real Madrid saat berusia 16 tahun. Potensinya sebagai penyerang terasah di Los Blancos.

Saat berusia 18 tahun, Morata masuk Real Madrid Castilla yang bermain di Segunda Division B. Menjadi mesin gol di tim Castilla, Morata mendapat kesempatan bermain di tim utama.

Pada 12 Desember 2010, Morata menjalani debut bersama tim utama dalam laga kontra Real Zaragoza. Dia sempat disebut sebagai pengganti Gonzalo Higuain saat bomber Argentina itu cedera pada Januari 2011.

Namun, pelatih Jose Mourinho menilainya belum siap. Musim 2010-2011 dan 2011-2012, dia masing-masing hanya bermain sekali di La Liga. Kemampuan Morata akhirnya mulai rutin dimanfaatkan tim utama pada musim 2012-2013.

Setelah mencetak 9 gol dari 34 laga di berbagai ajang musim 2013-2014, Morata direkrut Juventus. Morata dikontrak Juventus lima tahun dan Madrid punya opsi untuk membelinya kembali. Itulah yang terjadi setelah sang striker sukses di Juventus.

Di musim 2016-2017, Morata muncul sebagai pemain tertajam kedua di Madrid setelah Cristiano Ronaldo. Dia total mencetak 20 gol.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Beri Bagja
Sumber : Tabloid BOLA


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X