Persib Bandung kerap melahirkan gelandang serang berkualitas dengan postur yang terbilang kecil pada dekade berbeda. Setelah Yusuf Bachtiar dan Eka Ramdani, kini muncul Gian Zola.
Penulis: Budi Kresnadi
Gelandang bernama lengkap Gian Zola Nasrulloh Nugraha ini merupakan produk asli Bandung. Sama seperti seniornya, Yusuf dan Eka, dia mulai belajar sepak bola secara serius di SSB UNI di usia 9 tahun pada 2007.
Bersama salah satu klub tertua di Bandung inilah kemampuan Zola terasah. Ia pun berhasil mengoleksi sederet piala di ajang kompetisi kelompok usia.
Sejak kecil kemampuan olah bola putra kedua pasangan Budi Nugraha dan Yuyun Zauhariyyah ini memang sudah menonjol. Tak heran ia menjadi andalan SSB UNI.
Popularitas pun sudah diraihnya sejak saat itu, khususnya di komunitas sepak bola Kota Kembang. Zola awalnya tidak dimainkan sebagai gelandang serang.
"Ketika di UNI, awalnya saya menempati posisi bek sayap, kemudian berubah menjadi gelandang bertahan, baru terakhir menjadi gelandang serang,” ujarnya.
Pada 2013 Zola pindah ke SSB Saswco. Bersama Saswco pemain berkaki kidal ini mendapat kesempatan melanglangbuana ke luar negeri.
Pengidola klub Manchester United ini membawa SSB Saswco menjadi kampiun Manchester United Premier Cup (MUPC) 2013 regional Asia Tenggara.
Ia juga dinobatkan sebagai pemain terbaik pada ajang yang digelar di Penang, Malaysia, tersebut. SSB Saswco pun menjadi wakil Asia Tenggara ke Global Final MUPC 2013 yang berlangsung di kamp latihan United di Carrington, Manchester.
“Rasanya seperti mimpi bisa bertanding di markas klub favorit saya. Ini benar-benar pengalaman paling berkesan bagi saya,” tutur pengidola Eka Ramdani itu.
Setia
Sepulangnya dari Manchester, Zola bergabung dengan Diklat Persib, yang saat itu ditangani pelatih asal Brazil, Jaino Matos. Ia digembleng di Diklat Persib bersama Febri Hariyadi serta sederet pemain muda lainnya yang sekarang menjadi bagian skuat Persib di Liga 1.
Setelah dua tahun ditempa di Diklat Persib, pada 2015 Zola dipromosikan ke tim senior bersama Febri dan Jujun Saefulah. Namun, Zola tidak langsung mendapat menit bermain.
Maklum, saat itu di posisi gelandang serang masih ada pemain senior sekelas Firman Utina serta Makan Konate. Ia baru diberi kesempatan main pada fase grup Piala Jendral Sudirman 2015 di Stadion Gelora Delta Sidoarjo.
Pada turnamen Indonesia Soccer Championship 2016, Zola juga lebih banyak duduk di bangku cadangan. Berbeda dari Febri yang mulai diberi kesempatan oleh pelatih Djadjang Nurdjaman.
Baca Juga:
- Menteri Pendidikan Italia Minta Kiper AC Milan Segera Lulus SMA
- Bek Anyar Newcastle Sempat Anggap Telepon dari Benitez Sebagai Lelucon
- Kiper Baru Torino Ungkap Perlakuan Buruk PSG
Zola baru mendapat banyak kesempatan pada kompetisi Liga 1, yang mewajibkan setiap klub untuk menurunkan pemain berusia di bawah 23 tahun.
“Saya senang diberi kesempatan bermain dengan para pemain senior. Awalnya memang sempat agak grogi, tapi selanjutnya makin nyaman,” sebut Zola.
Dia mengaku selalu berusaha menampilkan kemampuan secara maksimal setiap kali diberi kepercayaan untuk tampil pada kompetisi kasta tertinggi di Tanah Air ini.
Zola semakin menjadi perhatian setelah tampil apik bersama dengan tim nasional U-22 asuhan pelatih asal Spanyol, Luis Milla. Namun, dia tak mau cepat puas karena menurutnya ini baru awal dari perjalanan karier sebagai pesepakbola profesional.
“Saya masih harus banyak belajar dari setiap pelatih dan terus menambah jam terbang agar semakin matang,” tuturnya.
Pengidola Lionel Messi ini pun bertekad memberikan yang terbaik bagi Tim Merah Putih serta Persib yang telah membina dan membesarkan namanya.
Sebagai bukti kesetiaannya kepada klub kesayangan bobotoh ini, dia tidak berniat membela klub lain di Indonesia selain Persib.
“Saya memiliki kontrak jangka panjang dengan Persib. Kalaupun kelak pindah, saya ingin bermain di luar negeri,” kata Zola.
Editor | : | Estu Santoso |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar