Arsenal memecahkan rekor transfer klub demi merekrut Alexandre Lacazette dari Lyon senilai 52 juta pounds. Apa arti transfer ini bagi Olivier Giroud, striker tumpuan Arsenal sekarang?
Lacazette akan mendapat gaji 200 ribu pounds per pekan, lebih baik dari bintang The Gunners, Mesut Oezil, pemain dengan gaji termahal sebelumnya yang mengantongi 140 ribu pounds per pekan.
Jika gaji paling wah hampir pasti merupakan jaminan tempat starter, bagaimana kabar Giroud, penghuni ujung tombak Arsenal yang mendapat gaji "hanya" setengah dari Lacazette?
Lacazette hampir pasti dipasang sebagai striker tumpuan. Ia telah berkembang di posisi itu selama tiga tahun terakhir.
Di posisi itu, ia selalu mencetak 20 lebih gol setiap musimnya dalam tiga musim terakhir bagi OL.
Lacazette sering kali mengangkat timnya seorang diri lewat gabungan kerja keras, ketajaman, naluri mencari ruang, dan kecepatan yang ia punya.
Pertanyaanya adalah apakah Lacazette dan Giroud bisa bekerja sama?
Lacazette bisa saja diminta beroperasi di belakang Giroud, menjadi satu lini pendukung dengan Alexis Sanchez serta Mesut Oezil.
Di atas kertas, kuartet itu tentu menyeramkan.
Namun, Lacazette sudah tidak pernah beroperasi dengan striker tumpuan di Lyon sejak Bafetimbi Gomis meninggalkan klub pada 2014.
Selama 2013-2014, pelatih Remi Garde (mantan anak buah Arsene Wenger di AS Monaco), sering kali menduetkan Lacazette dengan Gomis dalam formasi 4-3-1-2.
Baca Juga:
- Guardiola Konfirmasi Satu Pemain Barcelona Pindah ke Man City
- Everton Habiskan Rp 1,4 Triliun, Koeman Sangat Puas dengan Transfer Kelima
- Anak Paolo Maldini Punya Klub Baru
Musim setelahnya, Lyon lebih banyak memakai formasi 4-3-3 sebagai imbas mereka tak dapat menemukan pengganti striker nomor sembilan dengan kualitas sepadan dengan Gomis.
Lacazette memimpin barisan muda OL ditemani antara lain oleh Mohamed Yatara, Nabil Fekir, dan Rachid Ghezzal.
Seiring pergeseran peran itu, gol-gol pun berdatangan bagi sang striker. Pada 2013-2014, Lacazette mencetak 15 gol liga.
Ia langsung memperbaiki jumlah itu menjadi 27 gol pada musim setelahnya.
Nah, bukan rahasia lagi kalau Arsene Wenger hampir tak pernah memakai sistem dua striker.
Wenger juga tak pernah sepenuhnya memercayai Giroud memimpin barisan depan sejak sang striker besar datang pada awal 2012-2013.
Wajar, sejak laga pertamanya kontra Sunderland di mana ia membuang beberapa peluang emas, Giroud terlihat seperti striker yang butuh beberapa peluang untuk mencetak satu gol.
Betul, gol-gol yang ia cetak terkadang penting dan indah. Tetapi, kepercayaan Wenger kepadanya tidak pernah mutlak.
Kendati selalu mencetak dua digit gol liga sejak pertama datang, Giroud tak pernah mendapat kepercayaan untuk menjadi starter dalam lebih dari 30 laga semusim pada empat dari lima musim ia merumput di Inggris.
Satu-satunya musim di mana Giroud tampil hampir reguler sebagai starter (36 start) adalah pada 2013-2014, alias musim keduanya di Liga Inggris.
Pelatih timnas Prancis, Didier Deschamps, juga tidak melihat bahwa Giroud dan Lacazette bisa beroperasi dalam satu frekuensi.
Di saat Giroud menjadi andalan Deschamps selama tiga tahun terakhir, nama Lacazette tidak masuk skuat untuk Piala Dunia 2014 dan Euro 2016.
Selama empat tahun terakhir, Lacazette hanya tampil 11 kali bagi negaranya dengan hanya tiga kali start.
Di Brasil, Giroud masuk ke buku sejarah kala mencetak gol ke-100 Prancis di turnamen tersebut dalam kemenangan 5-2 lawan Swiss.
Baca Juga: CEO RB Leipzig: Kami Kebal dari Semua Tawaran untuk Naby Keita
Giroud lalu meneruskan performa bagusnya di turnamen dengan membukukan tiga gol dan dua assist di Euro 2016, menjadikannya sebagai pemenang Bronze Boot.
Ironinya di sini adalah potensi Lacazette mendepak Giroud dari Arsenal, sama seperti Giroud mengasingkan Lacazette dari timnas Prancis.
Walau Giroud dibilang akan hengkang, masih belum ada tawaran konkret yang telah diterima The Gunners untuk striker berusia 30 tahun itu.
Bisa jadi, sang striker masih punya masa depan di Stadion Emirates.
Hal ini tentu akan tergantung dari kejelian pelatih Arsene Wenger yang akan punya waktu bekerja sama lebih lama dengan keduanya ketimbang Deschamps.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Le Progres |
Komentar