Untuk pembukaan Piala Konfederasi ini, Presiden Vladimir Putin memberikan sambutan bak indoktrinasi.
“Kita dipersatukan dalam keyakinan bahwa sepak bola ditakdirkan untuk meningkatan kualitas manusia, mempersatukan negara-negara dan benua-benua, mendorong nilai-nilai permainan adil dan indah, menguatkan niat dan keyakinan, menginspirasi, dan memberikan harapan kepada generasi yang lebih muda. Di sini, di arena sepak bola modern, pertarungan tanpa kompromi dan adil akan tergelar sampai menit terakhir,” kata Putin, yang didampingi Presiden FIFA, Gianni Infantino, di St. Petersburg.
Namun, di tengah niat menggelar laga yang adil itu, Piala Konfederasi kali ini mendapatkan gugatan untuk pemanfaatan teknologi.
Baru hari laga pertama, terutama dua buah yang tergelar para Minggu (18/6), muncul sejumlah ketidakpuasan terhadap keterlibatan asisten wasit rekaman video.
Di laga Portugal dan Meksiko, wasit menganulir gol Seleccao yang dicetak Nani. Melalui rekaman, penyerang Valencia itu didapati off-side bahkan sebelum Ronaldo melepaskan tembakan yang membentur mistar.
Kecaman tetap datang walau keputusan itu tepat. Di partai Kamerun kontra Cile, pengadil membatalkan gol Eduardo Vargas karena sang penyerang off-side.
Pada babak kedua, gol Vargas disahkan karena video assistant referee (VAR) menilai Alexis Sanchez tidak off-side saat Arturo Vidal melepaskan operan daerah yang mengawali gol kedua Cile itu.
"Saya sungguh membenci VAR. Bahkan, bila benar, penilaiannya merusak. Tak terasa seperti permainan indah yang saya cintai," kicau seorang penggemar sepak bola di Twitter.
Rusia 2017 tampak menjadi ajang dunia proyek percobaan yang cukup menyita perhatian. Pemakaian teknologi ini di Piala Dunia 2018 sangat mungkin tergantung hasil Rusia 2017.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar