Namun, ke depannya klub dipaksa federasi melahirkan pemain sendiri atau yang lebih dikenal homegrown player. Demi memenuhi hal itu, klub peserta mesti kembali rutin menggelar turnamen klub internal mereka untuk mencari pemain.
“Kompetisi ini menjadi ajang pencarian pemain. Liga U-19 ke depan bakal rutin menyuplai pemain baik untuk timnas maupun klub. Jika terus-menerus bergulir, tentu tidak sulit lagi mencari pemain," ucap Tigor.
"Saat ini memang klub peserta masih mengambil dari mana saja. Pasalnya, mereka butuh persiapan dulu. Konsistensi menjadi perhatian di sini. Klub kudu beradaptasi dulu terhadap perubahan dari Liga U-21 ke Liga U-19."
"Seiring berjalannya waktu, kami paham akan adanya homegrown player. Kompetisi ini ke depan akan memaksa klub kembali rutin mencari pemain asli dari turnamen di daerah masing-masing,” kata Tigor lagi.
Baca Juga:
- Claudio Ranieri Resmi Latih FC Nantes
- Cerita Kiper Perseru tentang Surga Kecil di Papua
- Tumbangkan Unggulan, Della/Rosyita Melaju ke Perempat Final
Klub peserta Liga U-19 otomatis terhubung dengan tim senior. Selain sistem promosi-degradasi, yang mengikuti hasil tim senior, data pemain Liga U-19 juga langsung tersambung ke tim senior.
Sebanyak lima pemain yang terdaftar di tim U-19 berhak bermain di tim senior juga.
“Pemain bisa naik-turun tim karena sudah otomatis tersambung ke tim senior. Maksimal pemain U-19 yang boleh bermain di tim senior ialah lima orang. Kami tidak ingin mencederai asas fair play. Kalau tidak dibatasi, klub senior bisa seenaknya memainkan pemain U-19," tutur Tigor.
"Maksudnya, andai saja pertandingan tim senior tidak lagi menentukan, mereka bisa saja menurunkan semua pemain U-19. Itu mencederai fair play,” ujarnya.
Liga U-19 akan memakai wasit Liga 1 dan 2. Operator liga juga tak ingin sembarangan dalam hal tim medis.
“Tim medis harus sama dengan liga senior. Pemain muda ini aset dan cedera tidak memandang umur. Mereka juga harus ditangani secara profesional,” kata Tigor.
Editor | : | Estu Santoso |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar