Bersama PSSI, PT Liga Indonesia Baru (LIB) merancang sebuah kompetisi untuk usia muda bertajuk Liga U-19. Peserta kompetisi tersebut merupakan tim U-19 dari klub-klub yang berlaga di Liga 1.
Penulis: Ferry Tri Adi
Pertandingan pembuka rencananya digelar pada 8 Juli 2017 antara Persija versus Sriwijaya FC di Stadion Patriot Chandrabhaga, Bekasi, Jawa Barat. Final diagendakan berlangsung pada 29 Oktober 2017.
Liga U-19 ini merupakan ajang federasi mencari bentuk pembinaan sepak bola nasional. Selama ini, publik sepak bola akrab dengan Liga U-21.
Namun, usia di bawah 21 tahun dianggap sudah tak relevan jika berbicara pembinaan.
“Pemain bisa naik-turun tim karena sudah otomatis tersambung ke tim senior."
COO PT LIB, Tigorshalom Boboy
“Ini merupakan program murni dari PSSI. Sebetulnya liga ini ‘terbengkalai’ karena sudah direncanakan sejak Liga Super Indonesia 2008. Kompetisi U-21 bukan lagi youth development. Usia tersebut sudah masuk tim reserve senior,” tutur Tigorshalom Boboy, Chief Operating Officer (COO) PT LIB.
"Rencananya tahun pertama ini kami mau lihat dulu perkembangannya. Sekarang memang masih khusus buat tim Liga 1. Namun, namanya pembinaan semua klub harus ikut berandil. Jadi, kemungkinan tahun kedua atau ketiga bisa melibatkan semua klub, baik itu Liga 2 maupun Liga 3," ucapnya.
Kompetisi ini sekaligus menjadi bagian program PSSI untuk menyambungkan turnamen di bawahnya. Federasi ingin hasil dari Piala Suratin U-17 tidak “menganggur” karena langsung disalurkan ke Liga U-19.
Memaksa Klub Internal
Liga U-19 tahun ini merupakan musim perdana. Klub-klub peserta pun saat ini masih diperbolehkan mengambil pemain dari mana saja.
Namun, ke depannya klub dipaksa federasi melahirkan pemain sendiri atau yang lebih dikenal homegrown player. Demi memenuhi hal itu, klub peserta mesti kembali rutin menggelar turnamen klub internal mereka untuk mencari pemain.
“Kompetisi ini menjadi ajang pencarian pemain. Liga U-19 ke depan bakal rutin menyuplai pemain baik untuk timnas maupun klub. Jika terus-menerus bergulir, tentu tidak sulit lagi mencari pemain," ucap Tigor.
"Saat ini memang klub peserta masih mengambil dari mana saja. Pasalnya, mereka butuh persiapan dulu. Konsistensi menjadi perhatian di sini. Klub kudu beradaptasi dulu terhadap perubahan dari Liga U-21 ke Liga U-19."
"Seiring berjalannya waktu, kami paham akan adanya homegrown player. Kompetisi ini ke depan akan memaksa klub kembali rutin mencari pemain asli dari turnamen di daerah masing-masing,” kata Tigor lagi.
Baca Juga:
- Claudio Ranieri Resmi Latih FC Nantes
- Cerita Kiper Perseru tentang Surga Kecil di Papua
- Tumbangkan Unggulan, Della/Rosyita Melaju ke Perempat Final
Klub peserta Liga U-19 otomatis terhubung dengan tim senior. Selain sistem promosi-degradasi, yang mengikuti hasil tim senior, data pemain Liga U-19 juga langsung tersambung ke tim senior.
Sebanyak lima pemain yang terdaftar di tim U-19 berhak bermain di tim senior juga.
“Pemain bisa naik-turun tim karena sudah otomatis tersambung ke tim senior. Maksimal pemain U-19 yang boleh bermain di tim senior ialah lima orang. Kami tidak ingin mencederai asas fair play. Kalau tidak dibatasi, klub senior bisa seenaknya memainkan pemain U-19," tutur Tigor.
"Maksudnya, andai saja pertandingan tim senior tidak lagi menentukan, mereka bisa saja menurunkan semua pemain U-19. Itu mencederai fair play,” ujarnya.
Liga U-19 akan memakai wasit Liga 1 dan 2. Operator liga juga tak ingin sembarangan dalam hal tim medis.
“Tim medis harus sama dengan liga senior. Pemain muda ini aset dan cedera tidak memandang umur. Mereka juga harus ditangani secara profesional,” kata Tigor.
Editor | : | Estu Santoso |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar