Pebulu tangkis tunggal putra nasional, Sony Dwi Kuncoro, tampil pada ajang BCA Indonesia Open Superseries Premier 2017 yang didukung Bakti Olahraga Djarum Foundation di Plenary Hall Jakarta Convention Centre, Jakarta, 12-18 Juni.
Namun, kiprah Sony terhenti pada babak kualifikasi pertama seusai ditumbangkan Kazumasa Sakai (Jepang), 13-21, 16-21, Senin (12/6/2017).
Setelah keluar dari pelatnas pada 2014, Sony bergelut sebagai pemain profesional sekaligus pemilik sebuah gelanggang olahraga (GOR) di kawasan Medokan Asri Tengah, Surabaya.
Dua aktivitasnya ini membuat Sony harus pandai membagi waktu agar aktivitas GOR tetap berjalan meski dia harus pergi ke luar kota bahkan luar negeri untuk mengikuti berbagai turnamen.
"Selama enam bulan ini saya cukup sibuk. Saya harus berlatih untuk persiapan turnamen sambil mengurus GOR. Awalnya operasional GOR saya tangani sendiri. Pelan-pelan urusan GOR saya percayakan kepada karyawan," kata Sony seusai pertandingan.
"Saya harus bisa membagi fokus karena semua aktivitas yang saya lakukan merupakan investasi masa depan. Setelah keluar dari pelatnas, saya harus berjuang dari awal karena poin saya mengalami banyak penurunan," tutur Sony.
Dalam menjalankan aktivitasnya, Sony dibantu oleh sang istri, Gading Safitri. Gading berperan sebagai pelatih Sony.
Sebelum dilatih Gading, Sony sempat dilatih oleh pelatih lokal di Surabaya. Namun, dia tidak menemukan kecocokan sehingga Gading memutuskan untuk turun tangan.
"Untuk menjadi juara tidak bisa sendiri. Saya ingin menyemangati Sony dengan mengatur program latihan dan memilih turnamen yang akan diikutinya. Saya pernah jadi pebulu tangkis dan paham apa yang dibutuhkan pemain. Jadi, saya putuskan melatih Sony," tutur Gading.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | - |
Komentar