Kala itu, klub kebanggaan masyarakat Papua ini meraih gelar juara liga. Petaka datang pada musim berikutnya. Persipura hanya menjadi runner-up di bawah Arema dengan format kompetisi sama, yaitu satu wilayah dengan 18 tim.
Pada pekan ketujuh LSI 2009, Persipura mengalami kekalahan perdananya kala itu. Namun, dua kekalahan menyusul pada dua pekan berikutnya.
Tiga kekalahan tersebut menjadi kutukan lantaran hanya itu luka tanpa poin yang diderita Mutiara Hitam pada LSI 2009.
Semusim berselang, Persipura kembali merebut mahkota juara liga. Namun, kali ini peserta yang tampil hanya 15 klub. Mutiara Hitam pun mengalami dua kekalahan beruntun pada LSI 2010.
Akan tetapi, hal itu dengan catatan ada pertandingan yang batal digelar di tengah dua kekalahan tersebut lantaran sang lawan, Persema Malang, pindah ke Liga Primer Indonesia.
Baca Juga:
- Ganda Putra Malaysia Dilarang Tampil pada Indonesia Open
- Ketika Pemain Stoke City Terjebak Pasir Hisap dan Terancam Komodo Raksasa
- Gol Tunggal Mercado Menangkan Argentina atas Brasil
Pada LSI 2011, Persipura kembali gagal meraih juara. Titel jawara direbut Sriwijaya FC. Pada kompetisi yang kembali ke format 18 tim itu, Mutiara Hitam kembali harus mengakui kalau kutukan dua kekalahan beruntun menggagalkan mereka menjadi juara.
Pada 2013, mereka kembali menjadi juara liga kasta tertinggi Indonesia tanpa ada dua kekalahan beruntun.
Namun, kutukan kembali datang pada LSI 2014. Pada kompetisi dengan format dua wilayah (masing-masing wilayah 11 tim) itu Persipura mengalami dua kekalahan beruntun.
Meski melaju ke final, Mutiara Hitam takluk melalui adu penalti dari Persib. Kini, Persipura layak menyoroti kutukan itu. Pada turnamen terakhir, TSC 2016, Mutiara Hitam berhasil menjadi jawara tanpa dua kekalahan beruntun.
Apakah ini tanda-tanda kalau musim 2017 bukan tahunnya Persipura?
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar