Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Bintang Liga 2: Ayub Antoh, Matang di Perantauan dan Impikan Persipura

By Senin, 5 Juni 2017 | 05:32 WIB
Pemain PSIM Yogyakarta, Ayub Antoh (kiri) mencoba lepas dari kawalan pilar Martapura FC pada laga Grup 5 Liga 2 di Stadion Sultan Agung, Bantul, 23 April 2017.
GONANG SUSATYO/JUARA.NET
Pemain PSIM Yogyakarta, Ayub Antoh (kiri) mencoba lepas dari kawalan pilar Martapura FC pada laga Grup 5 Liga 2 di Stadion Sultan Agung, Bantul, 23 April 2017.

Ayub Antoh paling gampang dikenali di PSIM Yogyakarta. Selain satu-satunya putra daerah Papua yang memperkuat klub Liga 2 itu, dia sangat aktif bergerak ke setiap sudut lapangan, baik naik membantu serangan maupun turun demi melapis pertahanan berkat modal stamina prima.

Penulis: Gonang Susatyo

Ayub Antoh sudah menjadi pilar Laskar Mataram sejak Indonesia Soccer Championship (ISC) B. Liga 2 merupakan debut pemain kelahiran Sorong ini di klub dan kompetisi profesional setelah sebelumnya lebih banyak bermain di tim-tim amatir.

Performa Ayub dinilai memuaskan sehingga PSIM mempertahankannya di kompetisi Liga 2. Bagi Ayub bermain di kasta kedua merupakan proses pematangan mental sebelum melangkah ke Liga 1.

Selain itu, dia masih menyelesaikan kuliah di Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

“Saya masih menyelesaikan skripsi. Target saya diwisuda pada Agustus atau kalau tidak tahun depan. Bagi saya, sepak bola dan pendidikan harus berjalan seiring. Sepak bola itu penting, pendidikan itu untuk masa depan,” kata Ayub.

Meski telah menapak karier profesional, Ayub sempat tak berpikir bakal menekuni sepak bola. Saat pertama kali menginjakkan kaki di Kota Pelajar pada 2004, tujuan utama pemuda berusia 21 tahun ini tidak lain adalah menuntut ilmu dan bukan menjadi pesepak bola.

Merantau 13 Tahun

Ayub meninggalkan Sorong untuk merantau ke Yogyakarta saat usianya mendekati 9 tahun. Dirinya bersama tujuh anak Sorong menerima tawaran beasiswa dari sebuah yayasan panti asuhan di Yogyakarta.

“Pukul 05.00 pagi sudah harus bangun. Dimulai dengan ibadah dan kemudian membersihkan asrama serta mencuci pakaian. Tapi, kami tetap bisa bergaul dengan masyarakat sekitar. Saya pun sering bermain bola di jalanan bersama anak-anak tetangga asrama panti asuhan,” ucapnya.


Editor : Estu Santoso
Sumber : Tabloid BOLA


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X