"Saya pikir tidak bisa berbuat lebih baik lagi dari apa yang sudah saya perbuat untuk mencoba mengubah keputusan pelatih. Tapi, saya yakin manajer menginginkan hal terbaik untuk tim. Dia pasti ingin menang,” ucapnya.
Lebih Banyak Menang
Fabregas tetap pemain yang sama. Dia tak mau cari gara-gara. Dia tetap mengaku tidak ada masalah dalam hubungannya dengan Conte.
Padahal kalau mau, dia bisa meneruskan argumentasinya. Fakta berbicara. Saat Fabregas menjadi starter, Chelsea lebih banyak meraih kemenangan.
Persentase kemenangan anjlok ketika Fabregas tidak dimainkan sejak menit pertama. Chelsea hanya kalah dua kali saat Fabregas menjadi starter.
Betul salah satunya adalah melawan Arsenal pada 24 September 2016, partai yang kemudian menjadi titik balik perjalanan Chelsea.
Baca Juga:
- Romero Masih Berjuang Geser De Gea
- Manchester City Lepas Empat Pemain
- Wenger Sebut Mertesacker Sebagai Sosok Teladan
Conte mengubah formasi tim menjadi 3-4-3 dan Fabregas tersingkir ke bangku cadangan dengan Conte lebih memilih duet pemain fisikal, Matic dan N'Golo Kante, sebagai gelandang tengah pilihan utama.
Tapi, tentu saja tak adil jika kemudian memvonis seorang pemain tak bisa lagi menjadi starter gara-gara sebuah kesalahan. Fabregas pelan-pelan bisa membuktikan dia juga mampu berfungsi dalam skema 3-4-3.
Karenanya, Fabregas merasa “dikhianati” karena Conte tak memilihnya sebagai starter untuk final Piala FA walaupun dia sudah tampil bagus di pekan-pekan terakhir liga.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar