Setelah empat musim beruntun sejak 2012/13 Paris Saint-Germain menjadi juara Ligue 1, maka musim ini hegemoni itu terhenti. Ada perubahan wajah PSG pada awal musim. Salah satunya adalah sektor pelatih. Ada pergantian nama dari Laurent Blanc menjadi Unai Emery.
Penulis: Dian Savitri
Blanc menjadi pelatih yang membawa PSG menjadi juara dalam tiga musim belakangan, sementara Emery membawa Sevilla menjadi juara Liga Europa dalam kurun waktu yang sama.
Keinginan untuk mewujudkan ambisi menjadi juara di Liga Champion membuat PSG memilih Emery, yang dinilai lebih punya pengalaman ketimbang Blanc, yang undur diri usai musim lalu. Tentu saja ambisi untuk mengukir juara Ligue 1 lima kali beruntun menjadi target awal.
Baca Juga:
- Cerita Pelatih PSMS soal Puasa
- Demi Ibrahimovic, Penggemar Man United Rela 'Menjual' Istri
- Gerard Pique Sambut Satu Nama untuk Jadi Pelatih Barcelona Selanjutnya
Lalu, PSG juga kehilangan striker utamanya, Zlatan Ibrahimovic. Musim lalu, pemain asal Swedia itu membuat 38 gol di Ligue 1, total 50 gol di semua ajang. PSG memang punya striker lain bernama Edinson Cavani, namun figur itu tidak cukup.
Perolehan gol PSG musim ini turun drastis. Musim lalu mereka bisa membuat 102 gol. Musim ini hanya 83 dengan Cavani membuat 35 di antaranya. Striker asal Uruguay itu lantas menggondol gelar pencetak gol terbanyak Ligue 1 2016/17.
Lalu, ada perbandingan pada 12 laga terakhir di Ligue 1. Jika Monaco melewatinya dengan terus menang, tidak demikian dengan PSG. Pasukan Emery hanya menang 10 kali, lalu masing-masing satu kali kalah dan seri. Secara keseluruhan, PSG kalah lima kali musim ini. Semua di kandang lawan.
“Kami bisa saja menjadi juara jika dilihat dari jumlah poin yang diraih. Hanya, hal itu tidak cukup karena Monaco mendapatkan poin lebih banyak. Kami kalah lima kali dan itu terlalu banyak. Namun, kompetisi seperti ini bagus untuk sepak bola Prancis,” kata Emery seperti dikutip dari situs resmi Ligue 1.
Setelah gagal meraih gelar Ligue 1 pada musim pertamanya, posisi Emery sedang dievaluasi. Kontrak pelatih asal Spanyol itu habis pada Juni 2018, namun semua tergantung dari hasil evaluasi itu. Ketika Monaco sudah dipastikan menjadi juara, ada bisik-bisik dari Paris bahwa posisi Emery aman selama PSG tidak terperosok ke posisi ke-3.
TARGET AWAl MUSIM: Juara
REALISASI: Runner-up
RAPOR: 7,5
MOMEN TERBAIK: Cavani Tanpa Zlatan
Musim ini adalah pertama kalinya Zlatan Ibrahimovic tidak lagi mendampingi Edinson Cavani di PSG. Kalau sebelumnya Cavani bisa disebut sebagai pelengkap, maka musim ini striker asal Uruguay itu menjadi yang utama. Cavani bisa melakukannya tanpa kesulitan. Aliran golnya mencapai angka 35, menjadikan dirinya pencetak gol terbanyak Ligue 1.
PELATIH: Unai Emery
Kontrak Unai Emery di PSG masih berlaku hingga Juni 2018. Namun, hingga saat ini PSG belum ada niat untuk memperpanjang kontrak itu. Emery meyakinkan para petinggi PSG bahwa skuat yang dipimpinnya masih akan berkembang musim depan.
BINTANG: Marco Verratti
Gelandang mungil asal Italia ini menjadi salah satu pemain yang berkembang, setidaknya dibandingkan musim lalu. Musim ini, Marco Verratti tampil 25 kali menjadi starter dengan tiga gol. Pada musim sebelumnya, pemain berusia 24 tahun itu hanya 11 kali menjadi starter
FLOP: Hatem Ben Arfa
Kesimpulan paling tepat untuk menggambarkan Hatem Ben Arfa adalah pemain asal Prancis itu tidak betah di PSG. Direkrut dengan gratis awal musim ini, Ben Arfa hanya lima kali menjadi starter. Di Nice musim sebelumnya, Ben Arfa 33 kali menjadi starter dan menghasilkan 17 gol.
MOMEN TERBURUK: Perginya David Luiz
Bisa juga disebut sebagai momen mengejutkan. Bek asal Brasil itu dibeli oleh klub asalnya, Chelsea, pada hari terakhir jendela transfer musim panas 2016. PSG tidak sempat mencari pengganti David Luiz karena memang nyaris tak ada pemberitaan apa pun soal kepindahan si pemain. Dari sektor bek, PSG hanya membeli satu orang, yaitu Thomas Meunier, dari FC Brugge pada awal Juli tahun lalu.
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.771 |
Komentar