Benarkah Serie A masih lekat dengan label kompetisi buat 'orang tua'? Mulai dari sekarang, pemberian sebutan itu sepertinya harus dikaji ulang lantaran liga terelite Italia ini juga semakin ramah buat anak-anak muda.
Veteran kondang semacam Francesco Totti (40) atau Gianluigi Buffon (39) masih beredar di Serie A 2016-2017.
Bukan berarti pemain muda tak punya ruang berekspresi. Liga Italia musim ini bahkan ibarat mesin produksi andal bibit-bibit muda calon bintang masa depan.
Pemain belia seperti Gianluigi Donnarumma (Milan, 18 tahun), Federico Bernardeschi (Fiorentina, 23), Domenico Berardi (Sassuolo, 22), atau Andrea Belotti (Torino, 23) bisa tergolong kategori aset lokal terdepan Serie A saat ini.
Mereka sudah dapat dikatakan bintang reguler karena kemampuannya teruji di kompetisi edisi lalu.
Berikut ini tujuh pemain muda lain yang benar-benar menggebrak dan menemukan sinarnya di Liga Italia 2016-2017.
Mattia Caldara (Atalanta, 23 tahun)
Julukannya beragam. Mulai dari penerus Alessandro Nesta sampai titisan Sergio Ramos.
Hal itu adalah bentuk apresiasi atas penampilan istimewa Mattia Caldara bareng tim kejutan, Atalanta, musim ini.
Selain punya karisma ketangguhan mirip Nesta, legenda Lazio dan Milan, Caldara merupakan sumber gol alternatif dari lini belakang layaknya Ramos di Real Madrid.
Sampai pekan ke-37, alumni Zingonia - akademi Atalanta yang terkenal sangat produktif - ini mencetak 7 gol.
Jumlah itu merupakan yang terbanyak di antara semua bek tengah di Serie A 2016-2017. Masuk akal bila Juventus buru-buru mendekap Caldara.
Ia sudah diikat sang juara Italia dengan tebusan 15 juta euro, plus bonus. Status pemain bertinggi badan 188 sentimeter ini adalah pinjaman Atalanta dari Juve sampai Juni 2018.
Patrick Schick (Sampdoria, 21)
Arsenal, Tottenham, Juventus, hingga Inter Milan adalah klub elite yang masuk daftar antrean transfer Schick.
Alasan minat mereka mengangkut penyerang Rep. Ceska itu simpel saja. Tak mudah mendapati pemain asing muda yang langsung mengukir dua digit gol dalam musim debutnya di Liga Italia.
Schick spesial karena koleksi 11 golnya dalam 28 partai musim ini sejak direkrut Samp dari Sparta Prague tahun lalu.
Catatan gol pemuda jangkung ini terlahir dari 31 penampilan, tetapi cuma 13 di antaranya sebagai starter.
Dia tergolong talenta menjanjikan karena punya skill andal berkat senjata kecepatan dan dribel lincah meski posturnya bongsor.
Lorenzo Pellegrini (Sassuolo, 20)
Lorenzo Pellegrini punya syarat lengkap buat menjadi calon pemain idola di AS Roma. Dia merupakan pemain asli kelahiran ibu kota Italia dan masuk akademi I Lupi ketika berusia 9 tahun.
Setelah mencicipi satu partai saja di Serie A 2014-2015, sang gelandang pindah ke Sassuolo. Roma punya klausul membelinya kembali senilai 10 juta euro.
Baca Juga:
- Rekapitulasi Liga Spanyol 2016-2017
- Scudetto Ke-33 Juventus dalam Angka
- Rekapitulasi Liga Inggris 2016-2017
Keputusan Pellegrini pindah ke Sassuolo tepat. Dia berkembang matang sebagai gelandang berkemampuan lengkap di sisi defensif dan ofensif serta punya bakat karisma sebagai pemimpin.
Pellegrini sudah mengumpulkan jumlah gol dan assist yang sama musim ini (6), tapi terkadang masih sulit mengontrol emosi.
Ia sudah mendapatkan 7 kartu kuning. Tak sulit menebak siapa yang berpotensi digantikan Pellegrini jika dia kembali ke Roma. Ya, anutannya ialah sang wakil kapten, Daniele De Rossi.
Keita Balde Diao (Lazio, 22)
Peningkatan level Keita Balde Diao sungguh luar biasa. Strathospheric kalau media berbahasa Inggris menjuluki lesatan kariernya.
Pemuda Senegal kelahiran Spanyol itu melakoni debut di tim utama Lazio pada 2013-2014. Hanya, performanya pas-pasan saja sebelum meledak musim ini.
Antara kurun 2013-2016, Keita cuma mencetak 10 gol dari 79 penampilan. Tapi musim ini, catatan golnya sudah mencapai 16 buah dari 31 partai.
Dia merupakan sosok termuda di antara daftar sembilan besar pemain tertajam hingga pekan ke-37.
Nama Keita semakin harum ketika dia mencetak hat-trick cuma dalam tempo 319 detik dalam duel versus Palermo (23/4/2017).
Aksinya itu menelurkan rekor trigol terkilat di Serie A dalam 42 tahun terakhir.
Pantas saja Juventus, Chelsea, dan Manchester United getol mengontrol gerak-gerik alumni tim junior Barcelona ini menjelang bursa transfer musim panas.
Giovanni Simeone (Genoa, 21)
Nama belakangnya sudah mewakili rekam jejak sang ayah yang menuai banyak kesuksesan.
Giovanni, putra pelatih Atletico Madrid, Diego Simeone, ibarat lentera di kegelapan musim Genoa pada 2016-2017.
Hampir terdegradasi, I Grifoni banyak tertolong oleh gol-gol pemuda Argentina itu. Giovanni langsung mengebut di musim perdana bersama Genoa lewat ukiran 12 gol dalam 32 partai.
Dia seperti meneruskan tradisi Grifoni yang mengasah bomber-bomber tajam asal Negeri Tango, semodel Diego Milito (2004-2005, 2008-2009) dan Rodrigo Palacio (2009-2012).
Aksi paling dikenang musim ini muncul ketika ia dua kali menjebol gawang Juventus saat Genoa menang 3-1 (27/11/2016).
Franck Kessie (Atalanta, 20)
Melesatnya Atalanta ke papan atas spesial karena pengoperasian mesin mereka dijalankan oleh banyak pemain-pemain muda berkualitas bagus.
Selain Caldara, Franck Kessie tak boleh luput dimasukkan ke daftar pemuda bertalenta terbaik di Liga Italia.
Gelandang bertahan asal Pantai Gading ini tak cuma bermodal fisik kuat sebagai penyaring serangan musuh di pusat lini tengah tim.
Kessie bisa diandalkan di sisi ofensif pula dalam memasok peluang bahkan mengeksekusinya sendiri. Dia mencetak 6 gol dan 3 assist dalam periode debutnya di Serie A musim ini.
Akurasi operannya sebagai distributor juga terhitung bagus (84,3%).
Melihat kelengkapan potensi besarnya, media sudah membandingkan kemiripan talenta Kessie dengan seniornya seperti Yaya Toure (Man City) hingga Paul Pogba (Man United).
Kabarnya, ia pernah ditawar 27 juta euro atau setara Rp 381 miliar oleh Liverpool.
Potensi nilai transfer itu naik 90 kali lipat dari uang yang dikeluarkan Atalanta saat menebus Kessie dari klub Pantai Gading, Stella Club, pada 2015 (300 ribu euro)!
Jakub Jankto (Udinese, 21)
Penciuman Udinese terhadap bakat pemain muda tak perlu diragukan lagi. Hampir selalu muncul bintang baru yang diroketkan klub beralias I Zebrette (Zebra Kecil) tiap musim.
Meski sedang menjalani periode semenjana, Udinese mempertahankan tradisi itu dengan munculnya Jakub Jankto.
Bersama Schick, Jankto ialah properti transfer terpanas Rep. Ceska yang bersinar di Serie A 2016-2017. Dia kerap dipasang sebagai gelandang kiri dalam pola 4-3-3.
Jankto piawai menginisiasi serangan melalui aksi dribel dan tembakan jarak jauhnya berbahaya. Saat mengatur serangan dan mengeksekusi peluang, dia kerap disamakan dengan Tomas Rosicky.
Ketika menerobos dari sisi kiri, akselerasi pemain kidal itu dibandingkan dengan eks bintang Udinese yang juga kompatriotnya, Marek Jankulovski.
Sudah bikin 5 gol musim ini, Jankto disebut punya karakter stylish yang bakal cocok di Liga Inggris. Tak heran pula jika peminatnya yang berbaris adalah Arsenal, Leicester City, Stoke, atau West Ham.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | - |
Komentar