Pelatih Juventus, Massimiliano Allegri, sudah sah disebut legenda sepak bola Italia. Hanya dalam tiga musim perdana, dia menyumbangkan tujuh gelar bagi I Bianconeri (Putih-Hitam).
Scudetto alias titel Serie A 2016-2017 merupakan gelar ketujuh Allegri bagi Juventus sejak tiba di klub itu pada 2014.
Ia kini tercatat sebagai pelatih pertama Italia yang mampu mengawinkan gelar Serie A dan Coppa Italia sebanyak tiga kali beruntun.
Ditambah scudetto 2010-2011 untuk AC Milan, pelatih berusia 49 tahun itu kini memiliki empat gelar Liga Italia dalam kabinet trofi pribadinya.
Jumlah tersebut hanya kalah dari koleksi tiga pelatih legendaris Negeri Piza, yakni Giovanni Trapattoni (7), Fabio Capello (5), dan Marcello Lippi (5).
4 - Massimiliano Allegri has now won 4 Serie A titles: fewer only than Trapattoni, Capello and Lippi. Olympus. pic.twitter.com/tLBsoT1OA7
— OptaPaolo (@OptaPaolo) May 21, 2017
Setelah mempersembahkan scudetto ketiga untuk Juventus, Minggu (21/5/2017), Allegri memilih merendah. Dia tak luput memberi apresiasi kepada pemainnya.
Eks pelatih Cagliari itu beropini bahwa dirinya hanya meneruskan pekerjaan di skuat sebelumnya asuhan Antonio Conte, yang meraih tiga scudetti antara 2011-2014.
"Pertama-tama, kami harus memuji para pemain yang telah mendapatkan enam gelar liga terakhir karena mereka termasuk legenda," ucap Allegri kepada Mediaset Premium.
Allegri in his 3 seasons at Juventus:
— Juvefc.com (@juvefcdotcom) May 21, 2017
3 x Serie A
3 x Coppa Italia
1 x Supercoppa
First manager in Italy to do the double x 3 pic.twitter.com/HSRvdWDCae
"Saya ikut serta dalam perayaan ini. Saya harus memuji mereka karena telah melakukan hal luar biasa. Mendekati rekor Trapattoni dan Lippi dalam sejarah Juventus sangat membanggakan," katanya.
Musim ini Juventus sempat mengalami turbulensi. Mereka menelan empat kekalahan di Serie A antara awal musim sampai medio Januari lalu.
Allegri pun mengungkapkan momen kunci yang melontarkan Juve agar semakin stabil hingga menjadi juara di akhir musim.
Baca Juga:
- 5 Kepastian dari Hasil Pekan Terakhir Liga Jerman 2016-2017
- Akhirnya, Liga Paling Ketat di Eropa Ini Kelar
- Essien Gagal Penalti, Pemain Muda Persib Minta Maaf ke Bobotoh
"Titik balik krusial adalah saat duel Juventus-Lazio. Ketika itu kami beralih ke formasi 4-2-3-1 karena tim tak bisa lagi terus bermain dengan strategi sebelumnya," ucapnya.
Partai titik balik yang dimaksud terjadi di pekan ke-19. Allegri secara berani menanggalkan pola 3-5-2 atau 4-3-1-2 yang menjadi gacoannya menjadi 4-2-3-1.
Sistem revolusioner itu terbukti brilian karena menghasilkan 12 kemenangan dan 4 hasil imbang dari 16 laga dengan pola tersebut sebagai awalan.
"Untunglah dengan modal skill yang kami miliki, sistem itu bisa diterapkan secara langsung. Apakah musim ini puncak karier saya? Tidak. Masih banyak hal yang harus saya tingkatkan," tutur Allegri.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | Berbagai sumber |
Komentar