Atas keberaniannya ini, cules seperti terbelah menjadi kubu yang merasa perubahan memang diperlukan dan pihak penentangnya. Grup kedua agaknya lebih banyak memiliki pendukung ketimbang yang pertama.
Karena itu, apresiasi cules di Camp Nou saat Enrique melakukan laga perpisahan kontra Eibar akan tetap ada. Tapi, apakah euforianya terasa seperti di pertandingan terakhir Pep Guardiola bersama Blaugrana? Hal itu yang menjadi pertanyaan.
Berpotensi Pahit
Apalagi perpisahan Enrique kali ini berpotensi pahit. Mereka masih punya kans menjuarai liga meski sangat tipis dan bergantung pada sang penakluk mereka: Malaga.
Barca harus menang melawan Eibar dan di pertandingan lain, Malaga harus mengalahkan Real Madrid.
Kalau skenario ajaib itu terjadi, Barca yang menjadi juara dengan jumlah poin sama tapi unggul head-to-head. Mereka mengulangi spirit 1992 ketika juara di jornada terakhir liga, juga dengan menyalip Real Madrid.
Peluangnya tipis karena hasil seri saja sudah cukup buat Madrid menyegel titel liga.
Toh Barca terus berharap kendati semu. Enrique percaya Malaga akan profesional dan tampil all-out berusaha mengalahkan Madrid. Di sisi lain, mereka siap mengalahkan Eibar untuk mengantisipasi potensi selip yang dialami El Real.
Enrique bisa meraih sejumlah hal yang diinginkan seperti perpisahan dan kemenangan di pertandingan perpisahan, tapi agaknya bersiap menelan kekecewaan atas harapan kedua: Madrid kalah dari Malaga.
Enrique bersiap mengulangi perpisahan pahitnya yang pertama, 16 Mei 2004. Ketika itu, ia juga berpamitan dengan publik Camp Nou sebagai pemain Barcelona yang gagal mengantar timnya menjadi juara liga di akhir kompetisi musim 2003/04. Valencia juaranya.
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | Tabloid BOLA No.2.769 |
Komentar