Untuk sebegitu banyak gelar, kontroversi, dan “identitas” baru yang diberikan Luis Enrigue buat Barcelona, akan sangat menarik melihat bagaimana reaksi cules di laga terakhir sang bos di Camp Nou.
Penulis: Rizki Indra Sofa
Barcelona sejatinya masih punya sisa dua laga. Pertama melawan Eibar pada akhir pekan ini di jornada pamungkas liga, kedua di partai final Copa del Rey 2016/17 menghadapi Alaves.
Duel versus Eibar menjadi partai terakhir Enrique di Camp Nou. Laga final Copa mentas di Vicente Calderon, rumah lawas Atletico Madrid yang tak akan dipakai lagi musim depan.
Enrique sudah mengutarakan niat berhenti melatih Blaugrana akhir musim ini dan manajemen klub juga telah sibuk bergerilya mencari penggantinya.
Otomatis Enrique bersiap melakukan salam perpisahan pula kepada publik Camp Nou atas tiga musim luar biasa yang telah ia berikan buat Blaugrana.
Sejauh ini rekam jejaknya tetap dahsyat, treble di musim pertama, dobel di musim kedua, serta potensi satu titel Copa di edisi terkini. Plus trofi awal dan tengah musim semodel Piala Super Eropa dan Piala Super Spanyol serta Piala Dunia Klub, Enrique sudah memberikan total delapan titel untuk Barca.
Tak hanya gelar, tapi juga debat dan kontroversi tak berujung. Terlebih soal upaya Enrique sedikit menggeser tradisi permainan Barca dengan lebih memaksimalkan peran trio ofensif mereka, MSN.
Situasi ini bak simalakama karena secara otomatis mengurangi peran lini tengah sebagai poros tiki-taka di era kejayaannya.
Secara prinsip Barca tak terlalu banyak berubah, masih tim dengan penguasaan bola dahsyat. Tapi, mereka kini juga seolah tak tabu memainkan bola panjang ala tim-tim medioker Premier League.
Atas keberaniannya ini, cules seperti terbelah menjadi kubu yang merasa perubahan memang diperlukan dan pihak penentangnya. Grup kedua agaknya lebih banyak memiliki pendukung ketimbang yang pertama.
Karena itu, apresiasi cules di Camp Nou saat Enrique melakukan laga perpisahan kontra Eibar akan tetap ada. Tapi, apakah euforianya terasa seperti di pertandingan terakhir Pep Guardiola bersama Blaugrana? Hal itu yang menjadi pertanyaan.
Berpotensi Pahit
Apalagi perpisahan Enrique kali ini berpotensi pahit. Mereka masih punya kans menjuarai liga meski sangat tipis dan bergantung pada sang penakluk mereka: Malaga.
Barca harus menang melawan Eibar dan di pertandingan lain, Malaga harus mengalahkan Real Madrid.
Kalau skenario ajaib itu terjadi, Barca yang menjadi juara dengan jumlah poin sama tapi unggul head-to-head. Mereka mengulangi spirit 1992 ketika juara di jornada terakhir liga, juga dengan menyalip Real Madrid.
Peluangnya tipis karena hasil seri saja sudah cukup buat Madrid menyegel titel liga.
Toh Barca terus berharap kendati semu. Enrique percaya Malaga akan profesional dan tampil all-out berusaha mengalahkan Madrid. Di sisi lain, mereka siap mengalahkan Eibar untuk mengantisipasi potensi selip yang dialami El Real.
Enrique bisa meraih sejumlah hal yang diinginkan seperti perpisahan dan kemenangan di pertandingan perpisahan, tapi agaknya bersiap menelan kekecewaan atas harapan kedua: Madrid kalah dari Malaga.
Enrique bersiap mengulangi perpisahan pahitnya yang pertama, 16 Mei 2004. Ketika itu, ia juga berpamitan dengan publik Camp Nou sebagai pemain Barcelona yang gagal mengantar timnya menjadi juara liga di akhir kompetisi musim 2003/04. Valencia juaranya.
PRAKIRAAN FORMASI
Barcelona (4-3-3): 1-Ter Stegen, 19-Digne, 14-Mascherano, 23-Umtiti, 18-Alba, 4-Rakitic, 5-Busquets, 8-Iniesta, 10-Messi, 9-Suarez, 11-Neymar, Pelatih: Luis Enrique, Cadangan: 33-Santos, 6-D. Suarez, 17-Alcacer, 21-Gomes, 13-Cillessen, 28-Alena, 7-Turan.
Eibar (4-2-3-1): 13-Riesgo, 7-Capa, 3-Galvaz, 20-Lejeune, 23-Junca, 5-Escalante, 14-Garcia, 21-Leon, 24-Gonzalez, 8-Inui, 9-Enrich, Pelatih: Jose Luis Mendilibar, Cadangan: 17-Garcia, 6-Rivera, 25-Bebe, 15-Santos, 11-Pena, 1-Rodriguez, 4-Ramis.
PREDIKSI: BOLA: 60-40
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | Tabloid BOLA No.2.769 |
Komentar