Musthofa memang sempat mengejar cita-cita dengan masuk Sekolah Sepak Bola (SSB) Persigawa dan mengikuti Piala Soeratin pada masa remaja.
Ketika usianya menginjak 18 tahun, Musthofa merasa kariernya kurang berkembang. Namun, dia tidak mau meninggalkan lapangan sehingga mulai mengambil kursus lisensi C3.
Dua tahun berselang, datanglah "bisikan" sang ayah untuk memantapkan pilihan Musthofa di dunia perwasitan nasional.
"Delapan puluh persen, ayah berperan dalam keputusan saya menjadi wasit," kata Musthofa.
Musthofa sekaligus mengentalkan "darah" wasit di keluarganya. Empat anak Otty lainnya yaitu Soffan Socca, Nusur Fadillahu, Jalil Muslim, dan Mustaqim, juga menempuh jalan serupa.
Dorongan Otty kepada anak-anaknya berbuah manis. Musthofa mengalami grafik menanjak di dunia perwasitan. Lima tahun berselang atau ketika usianya menginjak 25, dia sudah mengantongi lisensi C1.
Baca juga: Sosok "Mourinho" di Sisi Luis Milla
Memasuki umur kepala tiga, Musthofa dipercaya memimpin empat partai Piala Presiden 2016, salah satunya laga perebutan tempat ketiga antara Persib Bandung dan Semen Padang.
Puncaknya, dia diumumkan sebagai Wasit Terbaik Piala Presiden setelah peluit panjang partai final antara Arema FC dan Borneo FC, Minggu, 12 Maret 2017. Predikat itu menjadi salah satu pertimbangan PT Liga Indonesia Baru mendaulat Musthofa sebagai pemimpin laga pembuka Liga 1.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | - |
Komentar