Juventus adalah Raja Italia. Status itu semakin tak terbantahkan sejak 2014-2015, saat La Vecchia Signora mendominasi dua kompetisi sepak bola tertinggi di Negeri Piza: Serie A dan Coppa Italia. Juventus selalu meraih double winner pada 2014/15 dan 2015/16.
Penulis: Dwi Widijatmiko
Artinya, Juventus sudah paham cara mengemas gelar juara di kompetisi domestik. Tidak ada masalah. Yang belum lengkap dari raihan treble winner adalah trofi Liga Champions.
Juventus pun menyadari bahwa demi merealisasikan treble, yang perlu dilakukan penyesuaian adalah pendekatan di Liga Champions.
Tidak heran, perjalanan Juventus di kompetisi domestik 2016/17 tidak berbeda jauh dari apa yang terjadi pada 2014/15 dan 2015/16. Pada 2014/15, Si Nyonya Tua mulai memuncaki klasemen Serie A pada pekan ke-4.
Setelah itu peringkat mereka tidak pernah turun sampai menjadi juara. Tim 2015/16 sedikit lebih bergejolak. Karena start yang buruk, Juventus sempat jatuh ke peringkat 17.
Tapi, begitu konsistensi ala 2014/15 ditemukan lagi sejak akhir Oktober 2015, Tim Zebra tak terbendung.
Peringkat mereka terus naik sampai mulai mengambil alih puncak klasemen pada pekan ke- 25 dan bertahan di sana hingga pekan penghabisan.
Kiprah tim 2016/17 di Serie A lebih mirip skuat 2014/15.
Mereka tak tergoyahkan di puncak klasemen sejak pekan ke-5. Bagaimana langkah di Coppa Italia? Ada kemiripan dalam perjalanan Juventus di 2014/15, 2015/16, dan 2016/17.
Bianconeri terkadang terlihat kurang oke, bahkan sempat kalah di salah satu leg semifinal, walaupun pada akhirnya sukses.
Pada 2014/15, Juventus dikalahkan Fiorentina 1-2 di kandang sendiri pada leg I babak 4 besar. Tapi, Juventus berbalik menang 3-0 di rumah La Viola. Semusim berikutnya, keunggulan 3-0 dari leg I semifinal melawan Inter lenyap di leg II.
Tim Hitam- Putih juga kalah 0-3 dari Inter pada pertandingan kedua. Juve lolos ke final setelah menang dalam adu tendangan penalti. Musim ini Juventus juga merasakan kekalahan di leg II semifinal.
Mereka takluk 2-3 dari Napoli. Untungnya, Gonzalo Higuain dkk. menang 3-1 pada leg I sehingga tetap lolos ke final. Ada lagi kemiripan dalam perjalanan di Coppa Italia.
Juventus selalu menjadi juara dengan melewati perpanjangan waktu.
Pada 2014/15, gol penentu kemenangan 2-1 atas Lazio dicetak Alessandro Matri di menit ke-97. Musim berikutnya, Milan dikalahkan 1-0 lewat gol Alvaro Morata pada menit ke-110.
Akankah final Coppa Italia antara Juventus dan Lazio musim ini juga harus diselesaikan lewat perpanjangan waktu?
Faktor Pertahanan
Di Liga Champions, perbedaan jelas terlihat. Pada 2014/15 dan 2015/16, Juventus selalu tampak kurang meyakinkan. Termasuk saat lolos ke final 2014/15.
La Vecchia Signora selalu hanya lolos ke fase gugur sebagai runner-up grup. Dalam dua musim itu mereka menderita terlalu banyak kekalahan dan terlalu banyak gol.
Baca Juga:
- Man United Kehilangan Shaw dan Bailly Jelang Laga-laga Besar Penutup Musim
- Taktik Tiga Bek Arsenal, Berawal dari Eksperimen Gagal
- Everton vs Chelsea, Hindari Ulangan Rekor Buruk
Kondisinya berubah musim ini. Juventus terlihat jauh lebih perkasa. Mereka belum terkalahkan dalam 10 pertandingan dengan kualitas lawan yang relatif setara jika dibandingkan dengan musim 2014/15 dan 2015/16.
Juventus bisa setangguh itu karena pertahanan yang jauh lebih solid daripada dua musim sebelumnya. Bianconeri hanya kebobolan dua gol di fase grup dan sekarang dalam streak clean sheet di lima partai.
Padahal, yang dihadapi di fase knock-out adalah tim-tim kuat pemilik lini serang hebat seperti Porto dan Barcelona.
Dengan performa seperti itu, Juventus seperti kembali ke asal. Pertahanan memang selalu menjadi aset terbaik mereka. Apalagi, sekarang ada Gianluigi Buffon, Leonardo Bonucci, dan Giorgio Chiellini, yang merupakan pilar senior tim nasional Italia.
Juventus memang seharusnya seperti ini! Dengan performa di Liga Champions, yang jelasjelas mengalami upgrade dibandingkan 2014/15 dan 2015/16, bolehlah Juventini kali ini merasa lebih yakin tim kesayangannya bisa menjadi kampiun Eropa.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar