Biasanya, penampilan sehebat ini pasti akan mendulang pujian dari pelatih. Inilah yang membuat ucapan Herry Kiswanto, arsitek Persela, selepas pertandingan patut direnungkan.
"Saya rasa Fahmi jangan sampai terlena. Masih harus banyak belajar," ucap sang pelatih seperti dilansir dari situs klub. Ucapan lanjutan yang keluar dari mulut Herkis, sapaan sang pelatih, malah lebih menarik lagi.
"Kalau sudah terpampang di koran, malah khawatir saya. Yang penting fokus saja saat pertandingan," tuturnya.
Baca Juga:
- Diego Costa, 42 Hari Tak Mencetak Gol dan Menjadi Kasar
- El Shaarawy Ungkap Penyebab Kemarahan Edin Dzeko
- Conte Minta Kiper Chelsea Dilatih Hadapi Tendangan Kaki Kiri Gabbiadini
Sebagai pemain yang sudah berkarier dengan tim sebesar Persib dan Pardedetex saat masih berusia belia, Herkis ingin mengingatkan bahwa popularitas bisa berdampak negatif bagi pemain muda.
Terlebih di era sosial media seperti sekarang saat pemain yang baru melakoni satu laga di tim senior seperti Billy sudah memiliki lebih dari 37,5 ribu followers di jejaring sosial Instagram.
Ketidakmampuan mengimbangi ketenaran dengan kematangan karakter menghadapi ekspektasi publik dan media, yang tentu berimbas pada pecahnya konsentrasi pada performa di lapangan, merupakan musuh utama bagi pemain muda selain cedera yang menghabisi karier mereka.
Bukan hanya sekali dua kali penikmat sepak bola menyematkan status wonderkid pada pemain muda hanya untuk kemudian melihatnya tenggelam sebelum betul-betul mekar. Pelatih dan klub harus ekstra jeli melindungi pemain muda, termasuk mengatur menit bermainnya.
Tapi, itu pun bila Persib dan Persela tak ingin Billy serta Fahmi sekadar menapaktilasi jejak pemain seperti Rudi Setiawan atau Abrizal Umanailo, sekadar menyebut contoh pemain yang gagal memenuhi statusnya sebagai bocah ajaib di sepak bola.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar