Mereka bikin United merajai Inggris dan Eropa selama lebih dari satu dekade.
"Sir Alex menciptakan talenta muda dari akademi, menciptakan dasar dari sebuah tim yang memenangi segalanya. Dia contoh yang baik buat saya," katanya.
Pria asal Argentina itu melanjutkan, "Sejak hari pertama saya tiba di Inggris, saya telah katakan bahwa yang paling penting adalah percaya pada bakat muda Inggris. Yang jadi masalah di Inggris empat tahun terakhir adalah menunjukkan bahwa negeri ini memang punya talenta."
Pernyataan yang masuk akal dari Pochettino mengingat banyak klub sepak bola, termasuk di negeri Ratu Elizabeth II, yang memilih menghabiskan banyak uang untuk membeli 'pemain jadi' ketimbang mengembangkan produk akademi sendiri demi merengkuh gelar.
Baca Juga:
- Pebalap Jepang Ini Akan Gantikan Alex Rins pada GP Spanyol
- Cerita Ahmad Junaidi, Bonus Uang Receh Arema Hingga Perang Batin di Persebaya
- Febri Hariyadi Punya 'Pesaing' Baru
Dampak Kolektif
Pada umumnya, alasan mengapa sedikit pelatih berani menurunkan pemain muda adalah karena dampak pada prestasi klub. Orang-orang lebih meyakini bahwa semakin banyak pengalaman seorang pemain, maka semakin banyak pula hal-hal baik yang dapat diberikan pada klub.
Akan tetapi, sejauh ini, Pochettino memperlihatkan prestasi manis dengan filosofinya tersebut. Lihat saja bagaimana Tottenham selalu berakhir di lima besar klasemen akhir Liga Inggris pada tiga musim terkini di mana dua musim terakhir mereka merupakan penantang titel liga.
Sebelum bersama Tottenham, Pochettino telah membuktikan jitunya prinsip melatih ala dirinya.
Pada 2008-2009, ia membawa Espanyol finis di urutan ke-10 klasemen akhir La Liga. Padahal, tim itu berada di posisi tiga terbawah saat ia mengambil alih kursi kepelatihan dari Jose Manuel Esnal pada Januari 2009.
Editor | : | Aloysius Gonsaga |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar