Sabtu, 22 April 2017, menjadi hari yang tak akan dilupakan oleh Leyton Orient, baik itu para pemain, semua pihak yang terlibat di klub, juga para suporternya. Hari itu, Leyton resmi terlempar ke National League dari League Two, setelah kalah 0-3 di kandang Crewe Alexandra.
League Two adalah divisi empat jika dihitung dari Premier League. Sementara National League adalah divisi lima, di mana pemainnya adalah campuran antara full time dengan para pemain semipro.
Hari menyedihkan itu hadir setelah Leyton tidak bisa lagi bangkit dari urutan ke-24 League Two. Pertama kali, mereka terdampar di posisi itu pekan ke-37 atau 14 Maret lalu. League Two memainkan 46 laga per musim.
Hingga pekan ke-44, The Os, demikian julukan Leyton, hanya mengumpulkan 36 poin, hasil dari 10 kali menang, enam kali seri, dan 28 kali kalah.
Klub yang meminjam striker Tottenham, Harry Kane, pada 7 Januari hingga 31 Mei 2011 itu, ditangani oleh empat manajer musim ini. Leyton memecat Andy Hessenthaler - manajer yang ada di klub itu sejak April 2016 – pada 26 September 2016.
Baca Juga:
- Cetak 2 Gol Bunuh Diri, Kiper Brighton Bikin Pelatih Kaget
- Butuh Doa untuk Bisa Hentikan Kylian Mbappe di Sesi Latihan
- Alasan Mauricio Pochettino Mengagumi Diego Simeone
Penggantinya adalah Andy Edwards. Namun, sembilan laga kemudian, Edwards juga dipecat pada 29 Januari lalu. Daniel Webb hadir dan manajer inilah yang membuat Leyton semakin dalam di zona degradasi. Webb undur diri pada 30 Maret lalu.
Manajer yang terakhir adalah Omer Riza, manajer asal Turki kelahiran Inggris. Pada dua laga awal, Leyton kalah ketika ditangani Riza. Kemudian, seri satu kali dan menang satu kali. Lalu, kalah lagi, yaitu dari Crewe.
Untuk pertama kalinya dalam 112 tahun, Leyton akan kembali bermain di liga semipro. Itu berarti terakhir kali adalah pada 1905. Leyton didirikan pada 1881.
Sebenarnya tanda-tanda kemunduran Leyton sudah terlihat sejak mereka gagal promosi ke Divisi Championship dari League One pada 2014. Mereka kalah play-off dari Rotherham melalui adu penalti.
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | London Evening Standard dan sumber lainnya |
Komentar