Mungkin sudah banyak yang mendengar dan paham istilah oriundo (bentuk jamak adalah oriundi), istilah Italia dan Spanyol untuk para imigran berdarah Italia dan Spanyol. Banyak oriundo yang berdomisili di Italia dan Spanyol. Ada juga yang lantas memakai azas jus sanguinis, yaitu memilih untuk membela tim nasional tempat asal nenek moyang.
Penulis: Dian Savitri
Mauro Camoranesi adalah contoh paling beken. Lahir di Kota Tandil di Argentina, Camoranesi memilih untuk menjadi warga Italia dan membela tim nasional negara itu.
Ia memiliki kakek buyut yang merupakan imigran yang meninggalkan region Marche pada 1873. Eks pemain Juventus itu lantas menjadi bagian dari skuat Italia yang memenangi Piala Dunia 2006.
Kebalikan dari jus sanguinis adalah jus soli, memakai azas tempat kelahiran. Contohnya Lionel Messi. Ia datang ke Barcelona di Spanyol, praktis tumbuh dan berkembang bersama klub Barcelona.
Selain itu, Messi punya keturunan tigaperempat Italia. Ayahnya, Jorge, berdarah Italia-Spanyol, cucu dari imigran yang berasal dari Marche dan Catalonia.
Ibu Messi, Celia Cuccittini, asli Italia. Kalau mau, Messi bisa memilih menjadi warga Spanyol atau Italia. Akan tetapi, Messi tetap memilih untuk menjadi warga negara Argentina dan membela tim nasional negara itu.
16 years ago a 13 years old Lionel Messi arrived at FC Barcelona. The rest is history. pic.twitter.com/onmn5AIMN0
— BarçaSpiral (@BarcaSpiral) March 6, 2017
Dari buku berjudul “Tiro: A Football Odyssey from Amazon to Alps” terbitan Juni 2016 yang ditulis oleh Debojyoti Chakraborty, disebutkan bahwa sejak Argentina mendapatkan kemerdekaan dari Spanyol pada 1816, terjadi gelombang migrasi dari Italia dan Spanyol.
Lebih dari enam juta orang Eropa yang pindah ke Argentina antara 1869 dan 1914 (merupakan 58 persen dari total populasi Argentina pada saat itu) lahir di luar Argentina atau lahir dari para pendatang.
Italia menyumbang imigran terbanyak, yaitu dua juta orang antara 1876 dan Perang Dunia I.
Imigrasi besar-besaran itu merupakan dasar dari terbentuknya koneksi sepak bola antara Argentina dengan Italia dan Spanyol. Juga berbagai bidang kehidupan lain.
Baca Juga:
- Siapa Incaran Borussia Dortmund untuk Pengganti Aubameyang?
- 26 Pemain yang Mengikuti Pelatnas Timnas U-22
- Anak Francesco Totti Jadi Top Scorer Turnamen Junior
Sejak pertengahan abad ke-20, ketika peraturan kewarganegaraan di sepak bola belum seketat sekarang, banyak pemain Argentina yang memilih untuk “membela dua sisi”.
Mereka pergi ke Italia dan Spanyol, dua tempat dengan budaya, makanan, dan bahasa yang sama, untuk berkarier.
Namun, mereka tetap membangun kehidupan di Argentina, yang mestinya lebih baik dibanding sebelumnya.
Mussolini
Pemain yang sudah datang ke Italia dan Spanyol biasanya akan mengajak rekannya. Misalnya Raimundo Orsi, seorang pesepak bola hebat asal Argentina pada masanya.
Orsi, yang mencetak gol kemenangan Italia ketika menjuarai Piala Dunia 1934, meyakinkan Renato Cesarini untuk bergabung di Juventus bersamanya.
Guillermo Stabile, stalwart pada era 1920-an dan 1930-an, mengajak sejumlah temannya untuk pindah ke Genoa, klubnya yang pertama di Italia.
Tidak mengherankan kalau pada Piala Dunia 1934, saat menjadi juara dunia di rumah sendiri, skuat Italia diperkuat oleh empat oriundo, Luis Monti, Orsi, Enrique Guaita, dan Attilio Demaria.
Masuknya mereka ke dalam skuat sangat dipengaruhi oleh pemimpin fasis Italia, Benito Mussolini.
Benito Mussolini sangat ingin melihat negaranya menjadi juara dunia ketika pertama kali menggelar turnamen antarnegara itu di Italia.
Karena itu, Mussolini lantas mengendurkan peraturan sepak bola dan mengizinkan para pemain asing itu membela Italia.
Pelatih Italia ketika itu, Vittorio Pozzo, tidak keberatan dengan kebijakan Mussolini. Pozzo mengatakan sebagai berikut: “Kalau mereka bisa mati untuk Italia, maka mereka juga bisa bermain sepak bola buat Italia.”
Setelah Perang Dunia II, pesepak bola Argentina tidak berhenti bermigrasi ke Eropa hingga saat ini.
AC Milan
— Superb Footy Pics (@SuperbFootyPics) April 10, 2017
Angelo Sormani pic.twitter.com/MMvRX7baRW
Meski secara geografi kedua negara itu terpisah jauh, namun sering ada istilah “orang Argentina adalah orang Italia yang kebetulan berbicara dengan bahasa Spanyol.”
Kalau diperhatikan, setiap orang Amerika Selatan punya marga Italia. Untuk mereka yang tidak memilikinya, maka biasanya akan punya sanak saudara di Genoa, Sisilia, Friuli, dan sekitarnya.
Sekitar 1,5 juta orang Argentina fasih berbicara Italia, jumlah terbanyak untuk negara di luar Italia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah “Tanos”, bahasa slang untuk “Italianos”.
Akan tetapi, sejak menjadi juara Piala Dunia 1938, kondisi berubah. Kebijakan pemain asing untuk membela Italia semakin ketat. Pemain asing terakhir yang membela Italia adalah Angelo Sormani (kelahiran Brasil) pada 1963.
Baca Juga:
- 4 Kecelakaan Unik di MotoGP Argentina
- Apakah Manchester United Masih Butuh Ibrahimovic?
- Ayam Jantan Mirip Siapa?
Empat dekade kemudian muncul Camoranesi, orang Argentina yang bermain untuk Italia di Stadion Luigi Ferraris di Genoa pada Februari 2003, untuk sebuah pertandingan persahabatan melawan Portugal.
Penerus Camoranesi adalah Gabriel Alejandro Paletta, bek AC Milan kelahiran Buenos Aires. Paletta sempat membela tim Argentina U-20 di Piala Dunia Junior 2005.
Karena ia memiliki paspor Italia, berkat kakeknya yang berasal dari Savelli, Provinsi Crotone, di Calabria, maka Paletta juga bisa bermain untuk Italia.
Karena itu, ia dipanggil timnas Italia pada Maret 2004. Ia tampil pada 5 Maret tahun itu, Italia kalah 0-1 dari Spanyol pada partai uji coba. Kemudian, Paletta masuk dalam skuat Italia ke Piala Dunia 2014.
“Saya besar di Argentina, tetapi saya merasa seperti orang Italia saat memikirkan kakek. Dia ingin keturunannya untuk kembali ke Calabria dengan membawa uang ekstra di saku. Saya merasa saya sudah memenuhi permintaannya. Memakai seragam Italia adalah penyempurna,” kata Paletta.
Gabriel Paletta's AC Milan own goal symptomatic of modern defending https://t.co/SkbOQ6B2aE pic.twitter.com/b5tiUtMBSJ
— ForzaItalianFootball (@SerieAFFC) April 6, 2017
PEMAIN ARGENTINA DI SERIE A 2016-2017
- AC Milan: Jose Sosa, Leonel Vangioni
- Atalanta: Alejandro Gomez
- Chievo: Mariano Izco, Nicolas Spolli, Lucas Castro
- Fiorentina: Mauro Zarate, Hernan Toledo, Gonzalo Rodriguez
- Genoa: Giovanni Simeone, Lucas Ocampos, Lucas Orban, Nicolas Burdisso, Santiago Gentiletti, Ezequiel Munoz Inter Milan: Mauro Icardi, Rodrigo Palacio, Ever Banega, Cristian Ansaldi, Juan Pablo Carrizo
- Juventus: Paulo Dybala, Gonzalo Higuain
- Lazio: Lucas Biglia
- Pescara: Hugo Campagnaro, Albano Bizzarri
- Roma: Diego Perotti, Leandro Paredes, Federico Fazio
- Sampdoria: Ricardo Alvarez, Matias Silvestre
- Torino: Lucas Boye, Maxi Lopez
- Udinese: Rodrigo de Paul
PEMAIN ARGENTINA DI PRIMERA LIGA 2016-2017
- Alaves: Cristian Espinoza
- Atletico Madrid: Angel Correa, Nico Gaitan, Augusto Fernandez
- Barcelona: Lionel Messi, Javier Mascherano
- Celta Vigo: Facundo Roncaglia, Gustavo Cabral
- Deportivo La Coruna: German Lux
- Eibar: Gonzalo Escalante, Mauro dos Santos
- Espanyol: Pablo Piatti, Martin Demichelis
- Granada: Ezequiel Ponce
- Las Palmas: Mateo Garcia, Sergio Araujo
- Real Betis: German Pezzella
- Real Sociedad: Geronimo Rulli
- Sevilla: Luciano Vietto, Joaquin Correa, Gabriel Mercado, Nicolas Pareja, Matias Kranevitter
- Valencia: Federico Cartabia, Enzo Perez, Ezequiel Garay
- Villarreal: Mateo Musacchio, Mariano Barbosa
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.760 |
Komentar