Status satu-satunya pebalap Indonesia di ajang single seater membuat Sean Gelael tidak lagi menjadikan hal tersebut sebagai tekanan. Pengalaman tahun lalu membuat Sean mengambil sikap bahwa semakin tidak memikirkan segala tekanan atau status, semakin dirinya lebih baik dan fokus pada balapan.
Laporan Langsung Dede Isharrudin dari Manama, Bahrain
Hal itu diungkapkan Sean Gelael saat bertemu dengan JUARA dan beberapa media dari Indonesia di Hotel Sofitel, Manama, Bahrain, Kamis (13/4/2017) malam.
Pemuda berusia 20 tahun itu menyatakan dirinya belajar banyak dari tahun lalu ketika menjalani semusim penuh balapan di ajang GP2 bersama tim Campos.
"Tahun ini bersama tim Pertamina Arden, saya akan fokus pada tugas dan tanggung jawab terhadap tim, kru, dan orang-orang sekeliling saya, terutama orang tua yang mendukung di balapan ini," katanya menegaskan.
Ia menceritakan pengalaman tahun lalu saat berusaha mengemban misi sebagai pebalap Indonesia dengan tugas membawa nama baik negara, serta harapan bisa memberikan yang terbaik bagi pendukungnya, hal itu memberikan tekanan berlebihan.
"Jadi untuk tahun ini prinsip saya adalah semakin tidak memikirkan hal-hal di luar lomba, maka semakin baik. Hal itu akan saya terapkan tahun ini," katanya.
"Intinya, fokus dan konsentrasi pada F2. Apalagi tahun ini ada kesempatan tes dengan Toro Rosso sehingga di balapan saja sudah ada dua hal yang harus saya beri perhatian lebih, ketimbang hal-hal lain di luar itu," ucap Sean lagi.
Apa yang dinyatakan Sean mendapat dukungan dari sang ayah, Ricardo.
Menurutnya, sikap masyarakat Indonesia yang sering membandingkan antara Sean dengan pebalap Indonesia yang pernah berkiprah setengah musim di F1, Rio Haryanto, memberikan pengaruh kepada Sean.
"Sean dan Rio itu berteman baik. Mereka sering chatting soal balapan dan hal-hal mengenai dunia otomotif, sehingga jika masyarakat sering membandingkan, hal itu memberikan pengaruh bagi Sean," ujar Ricardo.
"Apalagi dengan label-label bahwa Sean itu 'karbitan' karena bapaknya punya duit. Hal itu memberikan pengalaman traumatis buatnya," katanya.
Baca Juga:
- 4 Kecelakaan Unik di MotoGP Argentina
- Bukan Cuma Vidal, Ini 5 Penalti Terburuk Pemain Bintang
- Ayam Jantan Mirip Siapa?
Ricardo menekankan kepada Sean bahwa prestasi itu tidak bisa dibeli, sehingga ia selalu meminta kepada putranya agar tetap fokus dan berusaha memberikan yang terbaik di setiap kesempatan.
"Alhamdulillah, ia sudah lebih dewasa dan lebih mantap sekarang," kata Ricardo.
Ricardo menyatakan bahwa jalan Sean ke F1 masih jauh dan panjang. Menjadi test driver untuk tim Toro Rosso baru langkah kecil menuju cita-citanya.
Karena itu, ia meminta kepada putranya untuk tetap fokus pada lomba F2 yang dijalani di musim keduanya ini bersama tim Pertamina Arden yang didukung Jagonya Ayam.
"Saya hanya ingin Sean menjadi anak yang baik, berkembang, dan bisa menjadi pria dewasa yang benar-benar matang dalam menjalani hidupnya kelak. Namun, jika ia nanti bisa menjadi pebalap F1 atau masuk tim F1, maka itu adalah bonus buat saya sebagai orang tua," ujar Ricardo.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | - |
Komentar