Carlo Ancelotti, salah satu pelatih terhebat di dunia sepak bola dan paling sukses di Liga Champions, mengubah wajah Bayern Muenchen. Ancelotti tak segemar Pep Guardiola untuk urusan rotasi pemain. Alhasil, beberapa pemain merasakan kestabilan setelah meyakinkan sejak awal musim.
Penulis: Christian Gunawan
Pada musim pertamanya di Allianz Arena, Ancelotti mendapatkan beberapa nama yang bisa ia percaya. Kepercayaan ini berbalik memicu peningkatan beberapa personel Bayern. Peningkatan Thiago Alcantara boleh jadi yang paling jelas dibandingkan dengan pemain-pemain Bayern lainnya.
Angka penampilan Thiago padaa sebelas awal tim sudah mencapai 21 kali, lima lebih banyak daripada musim lalu. Jangan bandingkan dengan performanya pada 2014-15 yang hanya dua kali akibat cedera lutut parah yang menepikannya sampai setahun. Torehan Thiago pun meningkat dibandingkan musim lalu.
Musim ini, pemain kelahiran San Pietro Vernotico, Italia, ini sudah mencetak enam gol (empat di antaranya di Bundesliga, dua di Liga Champions). Tahun lalu, total golnya hanya tiga, dua di Bundesliga. Tak mengherankan bila pemain berusia 25 tahun itu menjadi salah satu pemain paling konsisten bagus di Muenchen musim ini. Ancelotti menggambarkan permainan Thiago dengan kata “sempurna” saat menekuk Arsenal pada medio Februari.
Thiago mencetak dua gol pada leg pertama 16 besar Liga Champions itu. Pujian serupa sudah keluar dari mulut Don Carlo pada awal musim setelah mantan pemain Barcelona itu memberikan operan kunci. Assist Thiago itu menjadi awal gol tunggal yang dicetak Joshua Kimmich ke gawang Hamburg pada September silam.
"Laga yang berat. Operan fantastis dari Thiago di akhir laga. Itu adalah salah satu kualitasnya, dan ia tampil baik," ucap Ancelotti. Kondisi yang lebih meyakinkan tampak meningkatkan aspek permainan gelandang putra Mazinho, eks pemain timnas Brasil, itu.
Selanjutnya, operan menjadi salah satu aspek yang bisa disodorkan sebagai bukti perbaikan yang diperlihatkan sang gelandang. Akurasi operan Thiago naik sekitar dua persen di setiap kompetisi bila dikomparasi dengan 2015-16.
Namun, lonjakan paling signifikan terlihat dari rata-rata operan yang ia buat per laga. Musim lalu, pemain binaan Flamengo dan Barcelona itu membuat 58,5 operan per gim.
Musim ini, angka itu melonjak sampai 97,4 operan per partai. Dengan rata-rata akurasi yang juga membaik, peran Thiago dalam serangan Bayern dipastikan besar. Mantan bintang klub Bavaria itu, Lothar Matthaeus, bahkan memberikan pujian setinggi langit. Ia menyamakan Thiago dengan legenda dunia, Diego Maradona.
"Thiago mengingatkan saya kepada Maradona saat bergerak dan memutar badannya. Ia menjadi bagian penting dalam permainan Bayern musim ini. Ia merupakan pemain nomor 10 klasik dengan teknik mengesankan. Ia mampu menjaga ketenangan dan memiliki naluri pemosisian diri yang sempurna. Mudah melihat dirinya sebagai putra Mazinho. Thiago adalah pemain yang sangat menikmati permainan dengan skill yang dipunyai segelintir pemain," tutur Matthaeus di Sport Bild.
Mapan di Belakang
Salah satu andalan Muenchen di jantung pertahanan musim lalu (meski jumlah penampilannya tergerus kebijakan rotasi Pep Guardiola), Medhi Benatia, memilih pindah ke Juventus sebagai pinjaman. Holger Badstuber dilego ke Schalke. Serdar Tasci kembali ke klub pemilik, Spartak Moskva.
Baca Juga:
- FIFA Sambut Liga 1 Lewat Foto Michael Essien
- Higuain: Barcelona Tak Akan Ulangi Kesalahan Kontra PSG
- PBSI Kirim 18 Wakil ke Singapura Terbuka 2017
Untuk amunisi di sentral pertahanan itu, FC Hollywood hanya mendatangkan Mats Hummels dari Dortmund dengan transfer mahal, 35 juta euro (Rp 495,5 miliar). Tak mengherankan bila bek timnas Jerman itu langsung menjadi pentolan Bayern.
Karena Jerome Boateng cedera selama dua bulan sejak musim panas (diikuti beberapa kali cedera susulan termasuk cedera bahu pada pertengahan Desember hingga absen selama dua bulan lagi), Ancelotti praktis memberikan sebuah tempat lagi di tengah pertahanan untuk Javi Martinez.
Khusus di Bundesliga saja, pemain asal Spanyol itu merasakan 22 kali menjadi starter musim ini alias hanya absen di lima pertandingan. Javi Martinez hanya tampil sebanyak 16 kali di liga musim silam, hanya 11 kali di sebelas awal. Dari beberapa segi, penurunan juga diperlihatkan pemain berusia 28 tahun itu untuk tembakan per laga.
Namun, penurunan itu bisa dimaklumi. Musim ini, ia tak perlu tampil sebagai gelandang bertahan seperti musim-musim sebelumnya. Musim ini, Ancelotti membawa perubahan bagi dirinya.
Editor | : | Aloysius Gonsaga |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar