"Apabila PSG menang, kita akan bilang itu normal. Tapi, jika sebaliknya yang terjadi, hal tersebut akan bermakna lebih dari krisis. Sebuah akumulasi, akhir dari siklus," kata eks pilar Monaco dan PSG yang bertugas sebagai duta final Coupe de la Ligue 2016-2017, Youri Djorkaeff, di Le Parisien.
Fan PSG mengalami kekecewaan besar usai tim kesayangan mereka disingkirkan dengan cara menyakitkan oleh Barcelona di babak 16 besar Liga Champions 2016-2017.
Obat paling mujarab untuk bencana itu adalah sapu bersih di semua ajang domestik.
Cedera
Satu tim yang berpotensi besar menghadirkan krisis lanjutan buat PSG tak lain adalah Monaco. Di Ligue 1, Monaco berada di posisi terdepan dalam jalur perburuan gelar.
Les Monegasques dipercaya juga punya kapasitas mumpuni untuk mencegah PSG meraih titel Coupe de la Ligue empat kali secara berurutan.
Dalam dua bentrokan di Ligue musim ini, Monaco tak pernah merasakan kekalahan dari sang rival asal Paris.
Monaco menang 3-1 di Stade Louis II dan membawa pulang skor imbang 1-1 saat bertamu ke Parc des Princes. Secara moral anak asuh Leonardo Jardim juga berada di level yang lebih baik ketimbang PSG.
Di saat PSG dibilang "bikin malu" Prancis, Monaco justru tampil membanggakan lewat keberhasilan mereka menyingkirkan Manchester City di 16 besar Liga Champions.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | Tabloid BOLA No.2.755 |
Komentar