Javier Pastore adalah simbol dari mimpi besar QSI (Qatar Sports Investments) yang mulai menguasai saham mayoritas Paris Saint-Germain pada 2011. Sang simbol ingin membuktikan bahwa ia masih bagian penting dari proyek ambisius PSG.
Penulis: Sem Bagaskara
Inkonsistensi dan cedera. Dua hal itu menjadi gangguan terbesar Pastore di PSG. Padahal, harapan besar mengiringi kedatangan pemain berjulukan El Flaco itu ke Paris pada 2011.
Ia direkrut dengan biaya mahal, 42 juta euro (sekitar 604,1 miliar rupiah). Pastore merupakan pembelian pertama PSG di era kepemilikan QSI.
Kehadiran Pastore penting untuk menegaskan ambisi besar Les Parisiens meraih prestasi tertinggi di level domestik maupun kontinental.
Pastore menjadi jembatan bagi kehadiran bintang-bintang lain, mulai dari Thiago Motta, Zlatan Ibrahimovic, sampai Edinson Cavani.
Kendati demikian El Flaco tak pernah benar-benar tampil menentukan di lapangan hijau. Selama enam tahun di PSG, boleh dibilang Pastore hanya mampu menyuguhkan penampilan konsisten dua kali, yakni pada 2011-2012 dan 2014-2015.
Nice skills from @Javi_Pastore vs. Lyon pic.twitter.com/AI4Y7tQY1L
— PSG English (@PSG_English) March 20, 2017
Selebihnya ia hanya berfungsi sebagai figuran, bukan protagonis. Kehadiran bintang anyar dari musim ke musim mempersulit peluang Pastore masuk susunan sebelas pemain awal PSG.
Kompetisi merupakan hal yang biasa dalam sepak bola dan Pastore paham betul hal itu. Perihal yang sulit diantisipasi jebolan akademi Talleres tersebut adalah cedera.
Nyaris setiap musim, El Flaco selalu mengalami masalah kebugaran, tak terkecuali pada 2016-2017. Cedera ligamen lutut yang menyerang Pastore pada November 2016 membuatnya harus absen dalam 12 laga Ligue 1.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar