Namun, kalau meminjam ungkapan Latin, tempus fugit (waktu berlalu), Podolski tidak bisa lari dari kejaran usia.
Dia sudah menginjak kepala tiga. Sementara, pelatih tim nasional Jerman, Joachim Loew, terus mencari bibit-bibit muda untuk skuatnya.
Nama-nama seperti Julian Draxler, Serge Gnabry, hingga Timo Werner siap unjuk gigi.
Belum lagi beberapa junior seperti Andre Schuerrle dan Thomas Mueller yang masih berada dalam usia emas. Tidak ada tempat untuk Podolski.
Dia pun membuat keputusan: menghentikan kariernya di tim nasional.
Podolski menjadi penutup generasi sommermaerchen yang disambut di Brandeburger Tor, Berlin, 11 tahun lalu setelah mengalahkan Portugal di perebutan tempat ketiga Piala Dunia 2006.
"Saya berterima kasih kepada pelatih dan DFB yang memberi saya kesempatan bermain untuk tim nasional terakhir kali. Saya menjalani 13 tahun yang luar biasa dan bangga karenanya. Saya beruntung bisa mengalami banyak hal sebagai pesepak bola di tim nasional Jerman," ujar Podolski.
Loew pun memberi pujian untuk eks anak buahnya tersebut. Di mata pelatih berusia 57 tahun itu, Podolski adalah figur penting.
"Dia salah satu pemain terbesar yang pernah membela Jerman. Laganya yang terakhir nanti akan menjadi istimewa sekaligus menyedihkan bagi saya. Kami pernah mengalami banyak kegembiraan dan kekecewaan. Podolski juga sosok yang memperlakukan rekan setim layaknya keluarga. Kami akan merindukannya," kata Loew.
Melawan Inggris, Jerman punya kenangan jelek. Mereka kalah 2-3 pada laga persahabatan di Muenchen, Jerman, 26 Maret 2016.
Podolski yang akan menjadi kapten pada laga versusInggris nanti punya kesempatan membalas kekalahan kontra The Three Lions pada laga pamungkas.
Danke und viel Erfolg*, Poldi!
(* Terima kasih dan semoga sukses)
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Berbagai sumber |
Komentar