Metode Jardim
Jardim menganut paham bernama metodologi ekologi. Menurutnya hal terpenting dalam sepak bola adalah memiliki sebuah tim di mana setiap pemain memberikan kualitas terbaik.
Jardim menyesuaikan porsi latihan anak asuhnya dengan posisi di lapangan. Contohnya, seorang bek tengah hanya perlu berlari cepat sejauh 10-15 meter.
"Hal ini seperti ketika Anda ingin mengubah kandungan PH air di suatu sungai. Anda bisa membunuh semua ekosistem. Ikan-ikan pergi dan ganggang akan mati," tutur Jardim yang merupakan sarjana fisika.
Studi Jardim selama dua musim untuk mengenal potensi terbaik dari ekosistem Monaco sepertinya telah paripurna. Pada 2016/17 taktik pragmatis ditinggalkan.
Jardim lantas menyulap Les Monegasques menjadi mesin gol yang menampilkan permainan atraktif. Strategi juga berganti dari 4-2-3-1 menjadi 4-4-2.
Baca Juga:
- Michael Essien, dari Singa Furiani ke Maung Bandung
- Pemain Ini Cetak Gol di Lima Kasta Teratas Liga Inggris secara Beruntun
- Essien Berharap Pemain Kelas Dunia Lain Menyusul ke Indonesia
Ekosistem terkini Monaco mendukung Jardim untuk menampilkan sepak bola ofensif yang mengandalkan sisi terluar. Sayap-sayap Les Monegasques mengepak kencang seiring keberadaan sosok seperti Thomas Lemar, Bernardo Silva, Benjamin Mendy, dan Djibril Sidibe.
Kunci lain ketajaman Monaco adalah Jardim sangat memaksimalkan kemampuan pemainnya dalam situasi bola mati. Bayangkan, Les Monegasques punya sejumlah eksekutor bola mati andal seperti Sidibe, Lemar, Bernardo Silva, dan Gabriel Boschilia yang dijuluki titisan Juninho Pernambucano.
Terakhir, tentu adalah porsi latihan tepat untuk sang bomber yang kembali mengaum kencang: Radamel "El Tigre" Falcao.
"Berkat kerja keras staf dan Falcao sendiri, ia kembali ke level yang kami harapkan," tutur Jardim soal Falcao.
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.750 |
Komentar