Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Sensasi Monaco, Jurus Jitu The Special Two

By Rabu, 15 Maret 2017 | 15:32 WIB
Pelatih AS Monaco, Leonardo Jardim, mengawasi tim asuhannya berlatih menjelang laga Grup E Liga Champions 2016-2017 melawan Tottenham Hotspur di Stadion Wembley, London, pada 13 September 2016.
PAUL GILHAM/GETTY IMAGES
Pelatih AS Monaco, Leonardo Jardim, mengawasi tim asuhannya berlatih menjelang laga Grup E Liga Champions 2016-2017 melawan Tottenham Hotspur di Stadion Wembley, London, pada 13 September 2016.

The Special One, Jose Mourinho, bukanlah pelatih yang gemar bekerja dengan talenta belia. Sangat berbeda dengan ahli strategi Monaco asal Portugal yang kerap disebut sebagai The Special Two, Leonardo Jardim.

Penulis: Sem Bagaskara

Pada hari-hari pertamanya melatih Manchester United, Mourinho pernah berujar bahwa sepanjang karier ia telah memberikan debut bagi 49 nama pemain lulusan akademi.

Namun, data tersebut tetap saja tak bisa membantah preferensi Mourinho terhadap pemain matang. Lihat saja susunan sebelas awal Internazionale asuhan Mourinho di final Liga Champion 2009/10 yang rata-rata usianya mencapai 30,09 tahun!

Tak berjenggot, tanpa mantel, dan sedikit rambut. Perawakan Leonardo Jardim sama sekali berbeda dari Mourinho. Andre Villas-Boas (Shanghai SIPG) tentu lebih mirip dengan Mou.

Tapi, Jardim benar-benar The Special Two, alias versi lanjutan dari The Special One.

"Porto dan Benfica melakukan investasi besar pada musim panas ini, karena itu kami tak boleh menipu diri. Kami di sini untuk bekerja, mempromosikan pemain baru, dan membantu tim berkembang," ujar Jardim kala membesut Sporting CP pada 2013/14.

Bersama Sporting CP, Jardim mengorbitkan nama-nama pemain potensial yang kemudian menjadi tulang punggung Portugal kala menjuarai Euro 2016 semodel Rui Patricio, Adrien Silva, Cedric Soares, dan William Carvalho.

Pada tahun pertamanya, Ia juga mengantar klub beralias Leoes (Sang Singa) itu finis di posisi dua klasemen Liga Portugal 2013/14, alias lima tingkat lebih baik dari musim sebelumnya.

Baca Juga:

Tangan dingin Jardim itu menarik minat Monaco yang sedang dalam masa transisi filosofi. Les Monegasques tak lagi jor-joran dalam membeli bintang dan fokus kepada pembinaan pemain muda potensial.

Jardim pun berlabuh ke Monaco setelah hanya semusim berada di Sporting CP.

"Dalam hal taktik proyek Monaco juga berubah. Tim ini tak bisa bermain terlalu menyerang," kata Jardim.

Berbekal pendekatan pragmatis dan serangan balik kilat, Monaco tetap bisa bertahan di papan atas Ligue 1 dengan finis di posisi tiga pada 2013/14 dan 2014/15.

Prestasi yang patut diapresiasi mengingat Jardim melakukannya tanpa jajaran bintang yang satu per satu hengkang semacam James Rodriguez, Layvin Kurzawa, Yannick Ferreira-Carrasco, Geoffrey Kondogbia, sampai Anthony Martial.

Metode Jardim

Jardim menganut paham bernama metodologi ekologi. Menurutnya hal terpenting dalam sepak bola adalah memiliki sebuah tim di mana setiap pemain memberikan kualitas terbaik.

Jardim menyesuaikan porsi latihan anak asuhnya dengan posisi di lapangan. Contohnya, seorang bek tengah hanya perlu berlari cepat sejauh 10-15 meter.

"Hal ini seperti ketika Anda ingin mengubah kandungan PH air di suatu sungai. Anda bisa membunuh semua ekosistem. Ikan-ikan pergi dan ganggang akan mati," tutur Jardim yang merupakan sarjana fisika.


Pelatih Sporting CP, Leonardo Jardim, saat mendampingi timnya melawan FC Porto dalam laga lanjutan Liga Portugal 2013-2014 di Stadion Alvalade, Lisbon, pada 16 Maret 2016.(PATRICIA DE MELO MOREIRA/AFP)

Studi Jardim selama dua musim untuk mengenal potensi terbaik dari ekosistem Monaco sepertinya telah paripurna. Pada 2016/17 taktik pragmatis ditinggalkan.

Jardim lantas menyulap Les Monegasques menjadi mesin gol yang menampilkan permainan atraktif. Strategi juga berganti dari 4-2-3-1 menjadi 4-4-2.

Baca Juga:

Ekosistem terkini Monaco mendukung Jardim untuk menampilkan sepak bola ofensif yang mengandalkan sisi terluar. Sayap-sayap Les Monegasques mengepak kencang seiring keberadaan sosok seperti Thomas Lemar, Bernardo Silva, Benjamin Mendy, dan Djibril Sidibe.

Kunci lain ketajaman Monaco adalah Jardim sangat memaksimalkan kemampuan pemainnya dalam situasi bola mati. Bayangkan, Les Monegasques punya sejumlah eksekutor bola mati andal seperti Sidibe, Lemar, Bernardo Silva, dan Gabriel Boschilia yang dijuluki titisan Juninho Pernambucano.

Terakhir, tentu adalah porsi latihan tepat untuk sang bomber yang kembali mengaum kencang: Radamel "El Tigre" Falcao.

"Berkat kerja keras staf dan Falcao sendiri, ia kembali ke level yang kami harapkan," tutur Jardim soal Falcao.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Jalu Wisnu Wirajati
Sumber : Tabloid BOLA No. 2.750


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X