Seperti judul sebuah film tenar 'Shakespeare in Love', inilah kondisi yang dirasakan caretaker Leicester City, Craig Shakespeare, sekarang. Menangguk dua kemenangan penting di saat kondisi genting membuatnya dicintai oleh pendukung Leicester.
Penulis: Dedi Rinaldi
Kinerja yang dihasilkan Craig Shakespeare memang cukup melegakan. Dalam dua pertandingan yang dipegangnya setelah Leicester resmi memecat Manajer Claudio Ranieri, caretaker berusia 53 tahun ini mampu mengoleksi enam angka penuh.
Angka itu hasil dari kemenangan atas Liverpool pekan lalu dan menang atas Hull City pada Sabtu (4/3/2017).
Leicester tadinya sudah berada di wilayah degradasi, namun berhasil diangkat ke posisi 15 di klasemen.
Yang menarik, Leicester praktis tidak mencetak gol di Premier League sepanjang 2017 sampai Shakespeare mengambil alih.
Bahkan, enam gol yang dihasilkan di Premier League sejak Leicester berada di tangan Shakespeare, tercatat dua kali lebih banyak dibandingkan dengan 10 pertandingan terakhir Leicester di bawah Ranieri.
Craig Shakespeare feels like 'pantomime villain' after Claudio Ranieri ... https://t.co/0WfkXHojNI #NHL #MLB #NBA pic.twitter.com/CJoEfnGcEw
— GlobalSportsCentre (@GlobalSportsCtr) February 25, 2017
The Foxes bangkit. Tak pelak, performa tersebut membuat peluang Shakespeare untuk menjadi manajer permanen pun sangat terbuka, di tengah spekulasi bahwa nama-nama pelatih beken sudah berderet untuk masuk.
Dari Guus Hiddink, Roberto Mancini sampai mantan pelatih timnas Inggris, Roy Hodgson. Shakespeare, yang sebelumnya menjabat asisten Ranieri, merasa mampu untuk melatih Leicester.
“Tugas saya hanya satu pertandingan, itulah yang sebelum ini dikatakan. Namun, bisakah saya menjalankan peran sebagai manajer? Saya rasa bisa. Apakah itu mengganggu? Tidak, saya menikmatinya,” kata Shakespeare.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar