Sebelum bertolak ke Italia, Rafid pernah berlatih di Bali United pada Maret 2016. Pemain kelahiran 24 Juli 2000 tersebut mengikuti latihan di Bali United sebagai persiapannya untuk trial di Sporting Lisbon (Portugal).
"Rafid mendapatkan dua kali kesempatan untuk trial di klub tersebut. Namun, belum berhasil," kata ayah Rafid, Rully Habibie.
Rully menjelaskan bahwa kendala yang dihadapi anaknya adalah bahasa, selain harus bersaing dengan anak-anak seusia dia dari seluruh dunia.
"Mereka lebih memilih untuk mengambil anak-anak asing yang punya basis bahasa Portugis," tutur Rully.
Namun sebagai orang tua, Rully mengaku sangat berupaya keras untuk mendukung putranya mewujudkan impian menjadi pemain profesional.
"Sejak kecil dia memang menyukai benda-benda yang bulat. Lalu kami melihat bakatnya di sepak bola. Dia pun akhirnya memilih sepak bola. Kami tidak pernah mendikte dia," tutur Rully.
Pesan sang kakek
Meskipun mencintai sepak bola, Rafid dituntut untuk tidak boleh melupakan pendidikan. Hal tersebut juga ditegaskan oleh sang kakek, BJ Habibie.
"Beliau berpesan saya boleh menjadi apapun. Namun, saya harus lanjutin tradisi keluarga yaitu jangan melupakan pendidikan," ungkap Rafid.
Habibie juga menjelaskan kepada Rafid bahwa pemain sepak bola sama halnya dengan insinyur, profesi yang digeluti Presiden ketiga RI tersebut.
Editor | : | Aloysius Gonsaga |
Sumber | : | - |
Komentar