Mochammad Rafid Habibie menyatakan kesiapannya untuk mengikuti seleksi tim nasional Indonesia U-19 yang rencananya digelar pada awal April 2017.
Rafid, cucu dari Mantan Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie, merupakan satu dari 12 pemain luar negeri yang dipanggil oleh Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) untuk mengikuti seleksi.
"Saya sudah menerima kabar ini. Iya saya akan datang karena saya dipanggil," kata Rafid kepada JUARA, Kamis (2/3/2017).
Saat ini, Rafid yang berposisi sebagai gelandang sedang berada di Italia. Putra dari pasangan Rully Habibie dan Evi Habibie ini menjalani program di akademi sepak bola Italian Soccer Management (ISM).
Akademi ini sudah menjalin kerja sama dengan beberapa klub profesional di Eropa dalam pencarian bakat-bakat pemain muda. ISM dibentuk oleh para pelatih akademi AC Perugia pada tahun 1998-2005.
Di ISM, Rafid setim dengan anak dari legenda Inter Milan, Marco Materazzi, yakni Davide.
"Dia dulu bermain di Serie B, terus pindah ke tim kami ini," kata pemain yang mengidolakan Arsenal tersebut.
Dalam mewujudkan impian sebagai pemain profesional, Rafid mengidolakan Bambang Pamungkas dan I Gede Sukadana sebagai sosok panutan. Ia memandang Bambang Pamungkas sebagai pemain yang memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi, mencintai pekerjaan, dan bertanggung jawab.
"Dia selalu berpikir positif. Tekanan yang dia terima dijadikan motivasi. Bukan beban," ujarnya.
Sebelum bertolak ke Italia, Rafid pernah berlatih di Bali United pada Maret 2016. Pemain kelahiran 24 Juli 2000 tersebut mengikuti latihan di Bali United sebagai persiapannya untuk trial di Sporting Lisbon (Portugal).
"Rafid mendapatkan dua kali kesempatan untuk trial di klub tersebut. Namun, belum berhasil," kata ayah Rafid, Rully Habibie.
Rully menjelaskan bahwa kendala yang dihadapi anaknya adalah bahasa, selain harus bersaing dengan anak-anak seusia dia dari seluruh dunia.
"Mereka lebih memilih untuk mengambil anak-anak asing yang punya basis bahasa Portugis," tutur Rully.
Namun sebagai orang tua, Rully mengaku sangat berupaya keras untuk mendukung putranya mewujudkan impian menjadi pemain profesional.
"Sejak kecil dia memang menyukai benda-benda yang bulat. Lalu kami melihat bakatnya di sepak bola. Dia pun akhirnya memilih sepak bola. Kami tidak pernah mendikte dia," tutur Rully.
Pesan sang kakek
Meskipun mencintai sepak bola, Rafid dituntut untuk tidak boleh melupakan pendidikan. Hal tersebut juga ditegaskan oleh sang kakek, BJ Habibie.
"Beliau berpesan saya boleh menjadi apapun. Namun, saya harus lanjutin tradisi keluarga yaitu jangan melupakan pendidikan," ungkap Rafid.
Habibie juga menjelaskan kepada Rafid bahwa pemain sepak bola sama halnya dengan insinyur, profesi yang digeluti Presiden ketiga RI tersebut.
"Kesamaan antara sepak bola dan engineering adalah membuat keputusan tepat dalam waktu yang cepat. Hal itu yang disampaikan pak Habibie," ujar Rully.
Karena itu, Rully berharap Rafid tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengikuti seleksi timnas U-19.
"Semoga rezeki buat dia," kata Rully.
Seandainya gagal menjadi pemain profesional, Rully telah berpesan kepada Rafid bahwa profesi di dalam dunia sepak bola, bukan hanya menjadi pemain.
"Bisa menjadi pelatih, fisioterapi, atau pencari bakat. Masih banyak profesi di sepak bola," ujarnya.
Editor | : | Aloysius Gonsaga |
Sumber | : | - |
Komentar