Carlos Teves vs Ramires dan Oscar vs Odion Ighalo. Adu hebat antara mereka tidak terjadi dalam partai Juventus vs Chelsea atau Chelsea vs Watford. Duel itu masa lalu. Mereka sekarang ada di liga yang membuat gaduh pada bursa transfer lalu.
Penulis: Riemantono Harsojo
Liga yang dimaksud adalah Chinese Super League (CSL). Liga kebanggaan China itu membuat kegaduhan dalam beberapa bulan terakhir setelah berhasil mendatangkan pesepak bola-pesepak bola bayaran ternama dengan nilai kontrak yang "wah".
Akhir tahun lalu, Shanghai Shenhua mendatangkan Carlos Tevez dari Boca Juniors.
Mantan penyerang West Ham, Manchester City, Manchester United, dan Juventus itu dibayar 41 juta dolar Amerika Serikat per tahun (sekitar 546 miliar rupiah), yang menjadikannya sebagai pemain dengan gaji tertinggi di dunia.
Selain Tevez, masih ada beberapa pemain top lain yang didatangkan klub-klub CSL berkat kekuatan finansial mereka.
Gelandang Belgia yang diminati Juventus, Axel Witsel, memilih hijrah dari Zenit Saint Petersburg ke Tianjin Quanjian.
Contoh lain Oscar. Dia meninggalkan Chelsea FC untuk bergabung ke Shanghai SIPG dengan nilai 60 juta pound.
Kegaduhan yang dibuat klub-klub CSL masih akan berlanjut. Bursa transfer Liga China baru akan ditutup pada akhir Februari.
Klub-klub CSL terus menggoda pemain-pemain top dunia seperti Wayne Rooney dan Mario Goetze.
Kembali ke soal Tevez vs Ramires dan Oscar vs Ighalo. Duel yang melibatkan empat pemain ternama itu akan mewarnai pekan perdana CSL 2017 pada Jumat hingga Minggu (3-5/3).
Di pekan pertama, Shanghai Shenhua (Tevez) bertemu Jiangsu Suning (Ramires) pada Minggu (5/3). Sehari sebelumnya, Shanghai SIPG (Oscar) berjumpa Changchun Yatai (Ighalo).
Ada enam partai lain yang menampilkan pemain-pemain top, seperti Witsel, Alexandre Pato (Tianjin Quanjian), Graziano Pelle (Shandong Luneng), John Obi Mikel (Tianjin Teda), serta Ezequiel Lavezzi dan Hernanes (Hebei China Fortune).
Nama-nama tersebut menjanjikan sajian sepak bola kelas dunia di CSL. Dari aspek teknik, Liga China juga akan membuat kegaduhan karena kualitasnya?
Ternyata meski mampu menyaingi kekuatan finansial klub-klub Eropa, CSL masih membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk mendekati standar kualitas permainan sepak bola level dunia.
Sebagai bukti, pada awal Februari ini Shanghai Shenhua yang diperkuat Tevez kalah 0-2 dalam partai play-off AFC Champions League dari klub Liga Australia, Brisbane Roar.
Pemain asal Inggris berpaspor Hong Kong yang memperkuat Changchun Yatai, Jack Sealy, membuat gambaran tentang berada di mana level klub-klub CSL.
Dia berkata, standar klub-klub China meningkat, tetapi klub kasta kelima Inggris, Sutton United, disebut bisa mengalahkan beberapa tim CSL.
Kata Sealy yang bermain di Changchun Yatai sejak 2016, empat klub terbaik CSL dapat berada di League One atau papan bawah Divisi Championship.
"Saya pikir, jalan Liga China masih panjang sebelum mendekati liga-liga di Eropa," kata bek kanan berusia 29 tahun itu seperti dikutip ESPN.
Terlepas dari aspek teknik yang belum mencapai level dunia, kehadiran pemain-pemain ternama dunia membuat perusahaan-perusahaan media di China ingin menjadi pemegang hak siar CSL.
Seperti dikutip dari South China Morning Post, raksasa media China, LeSports and PPTV, siap bersaing untuk mendapatkan hak eksklusif penayangan online partai-partai CSL.
Saat ini, hak penayangan dipegang oleh LeSports. Tahun lalu, perusahaan media tersebut memenangi hak siar CSL dengan nilai 390 juta dolar AS (5,2 triliun rupiah).
Namun, PPTV disebut sedang melakukan pembicaraan dengan CSL untuk mendapatkan bagian dari hak siar.
South China Morning menulis tayangan-tayangan CSL tidak hanya diminati para fans di China dan Hong Kong, tetapi juga di Amerika Serikat dan negara-negara Asia.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.746 |
Komentar