Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Perlukah Luis Milla Belajar Bahasa Indonesia?

By Anju Christian Silaban - Kamis, 23 Februari 2017 | 20:30 WIB
Pelatih Indonesia U-22, Luis Milla, saat tengah memberikan instruksi pada para pemain seleksi tahap pertama di Lapangan Sekolah Pelita Harapan (SPH), Karawaci, Tangerang, Rabu (22/2/2017).
FERNANDO RANDY/BOLA/JUARA.NET
Pelatih Indonesia U-22, Luis Milla, saat tengah memberikan instruksi pada para pemain seleksi tahap pertama di Lapangan Sekolah Pelita Harapan (SPH), Karawaci, Tangerang, Rabu (22/2/2017).

 

Perbedaan besar di antara Milla dan Guardiola adalah bagaimana cara menyampaikan pesan kepada pemain. Jangankan untuk berbicara bahasa lokal, menggunakan bahasa Inggris saja Milla tidak atau minimal belum mampu. 

Alhasil, begitu banyak perantara dalam kehidupan Milla bersama Garuda. Saat menjalani aktivitas dengan publik, dia dibantu Bayu Eka Sari untuk alih bahasa dari Spanyol ke Indonesia.

Memasuki area teknis seperti sesi latihan di lapangan, Bayu jarang terlibat. Milla lebih banyak dibantu oleh Eduardo Perez.

Hampir setiap Milla berpindah posisi, Eduardo mengikuti. Tujuannya adalah menerjemahkan penuturan Milla dari bahasa Spanyol ke bahasa Inggris.

"Memang pemain dipaksa untuk memahami bahasa Inggris," kata Bayu kepada JUARA, Rabu (22/2/2017).

Pelatih timnas U-22 Indonesia Luis Milla saat seleksi timnas U-22 Indonesia di Lapangan Sekolah Pelita Harapan, Tangerang, Banten, Rabu (22/2/2017). Sebanyak 25 pemian sepak bola mengikuti seleksi pertama Timnas Indonesia U-22 proyeksi SEA Games 2017.
KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO
Pelatih timnas U-22 Indonesia Luis Milla saat seleksi timnas U-22 Indonesia di Lapangan Sekolah Pelita Harapan, Tangerang, Banten, Rabu (22/2/2017). Sebanyak 25 pemian sepak bola mengikuti seleksi pertama Timnas Indonesia U-22 proyeksi SEA Games 2017.

Baca Juga:

Inilah masalahnya. Tidak sedikit pemain kebingungan dengan instruksi dari Milla dan Perez. Maklum, tidak semua pemain timnas menguasai bahasa Inggris, apalagi Spanyol.

"Ada kesulitan ketika Milla berbicara dengan bahasa Spanyol, jadi kami membutuhkan waktu agak lama untuk memahaminya. Saya sendiri tidak mengerti," kata seorang pemain, Rabu (22/2/2017).

Padahal, tiga hari seleksi merupakan momen penting untuk 25 calon pemain timnas. Sungguh disayangkan apabila mereka gagal menunjukkan kemampuan terbaik hanya karena kegagalan komunikasi.

Bayangkan kalau hal serupa terjadi di lapangan pada SEA Games 2017, ketika Milla sangat mungkin harus mengambil keputusan cepat dan menyampaikannya kepada pemain.

Tanpa mengecilkan usaha Milla yang sudah coba mendekatkan diri pemain, PSSI sepatutnya mengevaluasi kendala bahasa di lingkungan timnas. Masih ada waktu pada dua tahapan seleksi, pemusatan latihan, dan sejumlah partai uji coba menjelang SEA Games.

Tak usah jauh-jauh belajar dari Guardiola, ada Ivan Kolev sebagai contoh paling dekat. Saat baru menangani timnas, Kolev sempat menggunakan jasa penerjemah karena tidak bisa berbahasa Inggris.

Hanya saja, kendala itu cuma berlangsung tak lama, sekitar satu tahun. Pelatih asal Bulgaria itu memiliki kemauan belajar bahasa Indonesia.

Ada penuturan dari Pramoedya Ananta Toer berbunyi, “Tanpa mempelajari bahasa sendiri pun orang tak akan mengenal bangsanya sendiri.”

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Estu Santoso
Sumber : -


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X