Ada dua contoh terkini di mana Barcelona gagal bangkit seusai mengalami kekalahan di panggung Eropa. Contoh pertama tersaji pada musim 2013/14, ketika kekalahan 0-1 dari Atletico Madrid di leg II perempat final LC disusul hasil identik di markas Granada tiga hari setelahnya.
Penulis: Sapto Haryo Rajasa
Kejadian serupa mencuat pada musim 2015-2016. Bahkan dengan atmosfer yang jauh lebih “mencekam”.
Ketika disingkirkan Atletico di perempat fi nal LC musim kemarin, Barca baru mengalami dua kekalahan beruntun. Dari Real Madrid di jornada 31 La Liga dan kemudian dari Real Sociedad di jornada berikut.
Alih-alih langsung bangkit, Lionel Messi dkk. justru kembali mengalami kekalahan. Adalah Valencia yang menghadirkannya di Camp Nou pada pekan ke-33 dengan skor 2-1.
Kala itu, dwigol Los Che di babak pertama hanya bisa dibalas sebiji gol Messi di 45 menit kedua.
Pada saat bertamu ke Camp Nou, Ahad (19/2/2017), tentu para pendukung Leganes berharap tim kesayangan mereka itu bisa mengulang apa yang dicatatkan Granada tiga musim silam dan Valencia musim baru lalu.
Mereka berharap Barca masih limbung setelah dihajar Paris Saint-Germain empat gol tanpa balas.
Kendati demikian, Gabriel, gelandang andalan Leganes, malah berpikiran sebaliknya.
“Kekalahan dari PSG sama sekali tak akan memengaruhi Barca. Mereka justru akan lebih termotivasi. Tim seperti Barcelona selalu berpikiran untuk menang,” begitu ujar pria asal Brasil tersebut di Marca.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No.2.743 |
Komentar