"Hari ini bukan hari yang baik karena mengabarkan berita destruktif. Ada pemain-pemain yang sudah mengikuti pelatnas sejak setahun lalu dan talent scouting ke 25 provinsi menjadi sia-sia. Mereka tak bisa tampil di ajang regional AFF maupun AFC pada level Asia."
Penulis: Kukuh Wahyudi
Kata-kata menyayat hati itu meluncur deras dari bibir Tommy Welly selaku juru bicara PSSI di kantor PSSI, Senayan, Jumat, 12 Juni 2015.
Di sampingnya, duduk lemas sesosok pria paruh baya dengan penuh kepahitan di raut mukanya mendengarkan dengan seksama.
Dia adalah Fachri Husaini, pelatih kepala timnas U-16 dan U-19, yang tidak lain merupakan dua tim seperti dimaksud oleh Tommy.
Tim yang tak bisa tampil di Piala AFF U-16 dan U-19 2015 serta Kualifikasi Piala AFC U-16 dan U-19.
Momen itu tak bisa dibuang dari memori kepala Fachri. Perjuangannya dan 15 staf pelatih lain selama setahun membentuk timnas yang tangguh harus kandas akibat Indonesia dijatuhi sanksi FIFA, yang membuat Indonesia dikucilkan dari pergaulan internasional.
Kini, kesempatan kedua hadir. Fachri ditunjuk PSSI lagi untuk menangani timnas U-16, yang akan berlaga di Piala AFF U-16 2017 di Bangkok, Thailand, Juli. Pelatih kelahiran Lhokseumawe, Aceh, 51 tahun silam itu, pun menyambut antusias ajakan PSSI.
Program jangka pendek, menengah, hingga panjang telah rapih disusun dalam buka catatannya.
Awal pekan ini, dirinya mempresentasikan program tersebut ke jajaran pengurus PSSI sekaligus menandatangani kontrak.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar