Tambahkan juga partai perempat final Coppa Italia versus Juve (1-2) di mana Locatelli terpaksa mendahului rekan-rekannya menuju ruang ganti.
Pekerjaan rumah Montella kini adalah menyalurkan emosi dan gairah anak asuhnya ke arah yang tepat, bukan menuju permainan agresif menjurus kasar.
Montella bisa belajar dari Milan asuhan Filippo Inzaghi pada 2014/15, yang cuma finis di posisi ke-10 klasemen. Prestasi buruk itu salah satunya dipicu oleh kegagalan Inzaghi dalam melakukan manajemen emosi di ruang ganti.
Milan pun tampil dengan emosi labil dan meledak-ledak. Pada akhir musim Il Diavolo meraih status sebagai tim paling kasar seiring 13 kartu merah yang mereka koleksi.
Selain emosi, persoalan lain yang mesti diselesaikan Montella adalah terkait konsentrasi. Milan kerap tak memulai laga dengan sikap yang benar.
Il Diavolo sering kemasukan pada menit-menit awal pertandingan. Kondisi itu menyebabkan Milan harus mati-matian berupaya membalikkan keadaan pada babak II.
Konsekuensinya, fisik terkuras dan level amarah meningkat. Kondisi itulah yang sering memicu lahirnya pengusiran buat personel pasukan setan.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar