Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Gerakan #EmptyEwood dari Suporter Blackburn Rovers

By Dian Savitri - Senin, 30 Januari 2017 | 18:15 WIB
Blackburn Rovers (seragam biru-putih) dan Blackpool bertanding di babak IV Piala FA, di Stadion Ewood Park, 28 Januari 2017, dengan latar belakangan kursi-kursi kosong. Rovers menang 2-0.
Matthew Lewis/Getty Images
Blackburn Rovers (seragam biru-putih) dan Blackpool bertanding di babak IV Piala FA, di Stadion Ewood Park, 28 Januari 2017, dengan latar belakangan kursi-kursi kosong. Rovers menang 2-0.

 Pada 28 Januari 2017, Blackburn Rovers menjalani sebuah partai penting, babak IV Piala FA. Lawannya adalah klub tetangga, Blackpool. Rovers menang 2-0. Barangkali, memang wajar kalau Rovers menang. Kalau dilihat dari kasta liga, maka Rovers ada dua tingkat lebih tinggi dibanding Blackpool.

Rovers ada di Divisi Championship, atau liga urutan kedua di sepak bola Inggris, setelah Premier League. Sementara Blackpool ada di Divisi League Two, atau di divisi 4.

Rovers memang ingin partai ini mereka menangi. Tidak ada istilah seri apalagi kalah. Akan tetapi, ada satu hal yang mendampingi partai itu. Muncul sebuah gerakan yang dilakukan oleh para suporter Rovers, yang diberi nama Empty Rovers, atau Kosongkan Rovers. Di dunia media sosial, nama gerakan itu menjadi #EmptyRovers.

Blackburn Rovers Action Group (BRAG) membuat rencana itu. Mereka memboikot partai Rovers versus Blackpool dengan tidak hadir di Stadion Ewood Park. Selain di dalam stadion, protes juga dilakukan di luar stadion selama pertandingan berlangsung.

Sebenarnya protes apa yang dilakukan oleh suporter Rovers hingga mereka memboikot pertandingan itu? Itu adalah bentuk protes yang ditujukan kepada pemilik Rovers saat ini, Venky’s London Ltd., salah satu anak perusahaan V.H. Group, sebuah perusahaan asal India yang bergerak di bidang budidaya unggas, makanan kaleng, vaksin hewan, dan obat-obatan. Korporasi itu dipimpin oleh B.V. Rao.

Sejak November 2010, Venky’s memiliki 99,9 persen saham Rovers, yang senilai dengan 43 juta pound. Namun, kepemilikian Venky’s tidak mendatangkan keuntungan apa pun, termasuk prestasi di atas lapangan.

Suporter mulai tak puas dengan Venky’s, terutama setelah Rovers degradasi dari Premier League ke Divisi Championship pada akhir musim 2011-2012. Degradasi itu mengakhiri 11 tahun klub itu berada di liga level teratas Inggris.

Ketidakpuasan semakin terasa pada musim ini. Rovers berada di zona degradasi, yaitu diperingkat ke-23 dari 24 klub Divisi Championship. Musim lalu, Rovers berada di peringkat ke-15 klasemen akhir.

Anuradha Desai, presiden Venky’s, hanya hadir pada dua pertandingan Rovers dalam enam tahun. Selain itu, klub itu juga tak mengeluarkan uang sepeser pun untuk membeli pemain pada musim ini dan musim lalu. Pemain-pemain baru yang didatangkan adalah mereka yang berstatus free transfer dan pemain pinjaman.

Terakhir kali Rovers mengeluarkan uang untuk membeli pemain adalah musim 2014/15. Ketika itu, mereka mendatangkan bek Shane Duffy (Everton, 1,62 juta pound) dan kiper Jason Steele (Middlesbrough, 956 ribu pound).


Editor : Jalu Wisnu Wirajati
Sumber : The Telegraph, The Lancashire Telegraph


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X