Padahal, kehadiran sebuah prestasi membutuhkan proses yang bertahap, bukan instan.
Alangkah baiknya bila PSSI dan publik sepak bola nasional lebih sabar lagi supaya pelatih anyar timnas bisa melakukan pekerjaan secara maksimal.
"Kita harus mengambil pelajaran dari masa lalu. Ambil contoh Riedl. Dengan waktu persiapan yang relatif mepet dan adanya pembatasan dua pemain per klub, toh dia masih bisa membawa Indonesia menembus final Piala AFF," kata eks pemain timnas, Kas Hartadi.
Dua Tahunan
Pemain sayap legendaris yang ikut andil mempersembahkan medali emas SEA Games 1991 itu berpendapat PSSI seharusnya memberikan kesempatan minimal dua tahun kepada pelatih timnas dan baru melakukan evaluasi kinerja setelahnya.
“Dua tahun sudah cukup ideal untuk membangun tim yang kuat. Pelatih asal Uni Soviet, Anatoli Polosin, dulu diberi waktu dua tahun menangani timnas. Hasilnya, kita bisa meraih emas SEA Games,” ujar mantan pelatih Sriwijaya FC ini.
Senada dengan Kas, gelandang Indonesia era 1980-an, Subangkit, menilai durasi pelatih timnas mesti memperhitungkan sasaran yang hendak dicapai.
“Bila ada sasaran, pelatih perlu diberi waktu lebih lama. Rentang waktu apakah pendek atau panjang memang tidak menentukan. Ibaratnya kualitas waktu yang penting. Tapi, akan lebih baik bila pelatih diberi waktu cukup lama saat menangani timnas,” ucap Subangkit, yang saat ini menangani PSIS Semarang.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No.2.734 |
Komentar