“Ya, saya tidak takut kehilangan logat Betawi, bahasa sehari-hari juga masih tetap pakai logat Betawi,” ujar Adam.
Berbeda dengan klub lokal lain yang pernah ia bela, bermain di Malang menjadi tantangan tersendiri baginya. Gaya bicara khas arek-arek Malang dengan logat Jawa (bahasa walikan) sempat membuat Adam kebingungan.
Baca Juga:
- Bintang NBA Ini Ingin Beli Klub Premier League
- Kembalinya 'Batu dari Kampen' ke Teater Impian
- Mantan Playmaker Bengal AC Milan Ini Siap Kembali ke Serie A
Terlebih skuat Arema mayoritas berisikan putra daerah, sebut saja Beny Wahyudi, Dendi Santoso, Alfarizie, Ahmad Bustomi, Sunarto, Arif Suyono, Juan Revi, Junda Irawan, Oki Dery, hingga pemain muda Dio Permana.
“Terus terang saya agak bingung dengan bahasa mereka. Rata-rata menggunakan bahasa Jawa,” ucap Adam disertai tawa.
Kendati begitu, Adam merasa optimistis dapat segera beradaptasi dengan lingkungan baru. Dia berkaca pada para pendahulunya yang berasal dari Jakarta, antara lain Achmad Kurniawan, Kurnia Meiga, dan Ryuji Utomo, yang sedikit demi sedikit sudah "tertular" gaya bicara arek Malang.
Perbedaan latar belakang budaya awalnya memang membuat Adam Alis sedikit canggung di Arema FC, tapi perasaan itu kemungkinan tidak akan berlangsung lama mengingat kawan-kawan barunya menyatakan siap membantu ia beradaptasi.
Johan Ahmad Alfarizie misalnya. Dia selalu menekankan kepada Adam untuk menganggap Arema sebagai rumahnya sendiri.
“Ya, anggap saja Arema sebagai rumah sendiri, nanti juga adaptasinya cepat,” kata pemain jebolan Akademi Arema ini.
Cerita Horor
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar