Sebuah klub sepak bola tentu memiliki ikon yang akan selalu dikenang para suporternya. Seandainya pendukung Juventus ditanya soal hal tersebut, kemungkinan besar jawabannya adalah Alessandro Del Piero.
Rasanya tak berlebihan menyebut Del Piero sebagai pujaan hati para tifosi Bianconeri. Sebab, semua tergambar jelas ketika sang pemain melakoni partai Serie A terakhirnya bersama klub Turin tersebut.
Tampil di Stadion Juventus dalam laga Serie A melawan Atalanta, 13 Mei 2012, sang kapten dimainkan sejak menit awal oleh pelatih Antonio Conte.
Del Piero bermain sebagai penyerang sayap kiri. Ia berhasil mencetak satu gol pada menit ke-28.
Berbagai poster, spanduk, dan nyanyian terkait Del Piero menghiasi seisi stadion. Para suporter tahu, mereka sedang menghadiri "acara perpisahan".
Sebelumnya, Del Piero dan Juventus memang telah sepakat untuk menyudahi hubungan profesional yang telah terjalin sejak 1993.
Saat Del Piero diganti oleh Simone Pepe pada menit ke-57, suasana stadion sontak berubah jadi mengharu biru.
Seketika itu pula, Del Piero mendapatkan pelukan dari para pemain di lapangan, baik dari pihak Atalanta maupun kubu Juventus sendiri
Kamera televisi sesekali mengarahkan sorotannya kepada sejumlah Juventini, sebutan untuk penggemar Juventus. Tampak jelas, sebagian dari mereka meneteskan air mata sambil bertepuk tangan.
Mereka sudah pasti sedih melihat penyerang yang sudah mengabdi 19 tahun serta mempersembahkan berbagai prestasi bergengsi, bakal angkat kaki seusai musim kompetisi 2011-2012.
Sepak terjang Del Piero di Turin memang begitu berkesan. Banyak hal yang telah dia torehkan sehingga kawan dan lawan pun tak sungkan memujinya.
Bermimpi sejak kecil
Del Piero lahir di Conegliano, Italia pada 9 November 1974. Ayahnya, Gino, adalah seorang teknisi listrik. Adapun ibunya, Bruna, bekerja sebagai pengurus rumah tangga.
Sejak kecil, Del Piero memang sudah bercita-cita menjadi pesepak bola. Bersama dua temannya, Nelso dan Pierpaolo, Del Piero kerap terlihat memainkan bola di halaman belakang rumahnya.
Tiga sekawan itu berharap bisa menjadi pemain sepak bola yang sukses pada suatu saat nanti.
Cita-cita menjadi pesepak bola dirintis Del Piero dengan bergabung di tim muda lokal San Vendemiano, di mana saat itu dia sempat berposisi sebagai penjaga gawang.
Del piero capitano kid pic.twitter.com/h9K4b26D
— JUVE OLD STYLE (@JuveLoves) October 29, 2012
Sang ibu berpikir bahwa kiper adalah posisi yang tepat bagi Del Piero agar anaknya tak banyak berkeringat dan minim risiko cedera.
Namun, anggapan tersebut segera dibelokkan oleh kakak kandungnya, Stefano, yang sempat bermain untuk Sampdoria meski akhirnya pensiun dini karena cedera.
Stefano menyarankan Del Piero untuk bermain sebagai penyerang. Usul itu terbukti tepat hingga bakat Del Piero pun tercium oleh Padova.
Tujuh tahun menimba ilmu di San Vendemiano, Del Piero akhirnya hijrah ke Padova pada 1988, atau tepatnya saat dia masih berusia 13 tahun.
Seiring berjalannya waktu, kemampuan Del Piero tentu semakin terasah. Ia hanya butuh waktu sekitar tiga tahun untuk menembus tim utama Padova yang ketika itu berkompetisi di Serie B.
Del Piero mencatatkan debutnya saat Padova berhadapan dengan Messina pada 15 Maret 1992. Kala itu, Del Piero masuk menggantikan Roberto Putelli.
Kemudian, gol profesional perdananya untuk Padova lahir pada 22 November 1992. Tampil sebagai pemain pengganti, Del Piero mencetak gol pada menit ke-86.
Tahun selanjutnya menjadi titik awal kesuksesan karier Del Piero. Legenda Juventus, Giampiero Boniperti, mengetahui potensi Del Piero dan membawanya ke Turin dengan biaya lima juta lira.
Masa keemasan
Tiba di Juventus, Del Piero berada di bawah asuhan pelatih kawakan Italia, Giovanni Trapattoni, dan sempat bolak-balik memperkuat tim primavera.
Perkembangan dia terbilang pesat setelah berhasil mencetak gol debut untuk Juventus ke gawang Reggiana, 19 September 1993.
Del Piero kemudian sukses mencuri perhatian publik lewat hat-trick yang dia ciptakan ke gawang Parma.
Kariernya semakin melesat berkat kedatangan Marcello Lippi, menggantikan posisi Trapattoni sebagai juru taktik Juventus
Dalam era kepelatihan Lippi, Del Piero mulai memegang peran penting. Terlebih lagi, Roberto Baggio yang saat itu adalah bintang Juventus, sempat mengalami cedera.
Del Piero akhirnya dipercaya untuk tampil di lini depan Juventus, bersama Gianluca Vialli dan Fabrizio Ravanelli.
Salah satu momen fenomenal Del Piero pada masa itu adalah gol indah chip first time-nya ke gawang Fiorentina.
Alhasil, pada musim 1994-1995, Del Piero dan rekan setimnya berhasil mempersembahkan gelar scudetto pertama Juventus dalam sembilan tahun terakhir, serta trofi Coppa Italia.
Saking terkesannya dengan permainan Del Piero, Presiden Juventus saat itu, Gianni Agnelli, memberi julukan Il Pinturicchio kepada sang pemain.
Il Pinturicchio diambil dari nama seorang seniman ternama era renaissance.
Selanjutnya, perjalanan karier Del Piero terus menanjak. Pasca-kepergian Baggio ke AC Milan pada 1995, nomor 10 Juventus pun akhirnya dipakai Del Piero.
Berbagai gelar juara pun diraih Del Piero dkk, termasuk trofi Liga Champions, Piala Super Eropa, dan Piala Interkontinental pada 1996.
"Del Piero adalah seorang juara dengan kemampuan teknis luar biasa serta karakteristik yang indah. Dia tak pernah mengecewakan dan contoh bagi kita semua," kata Lippi.
Berkat dedikasi tingginya, Del Piero akhirnya dipercaya menjadi kapten tim saat periode kedua kepelatihan Lippi di Juventus pada 2001.
Calciopoli
Selain mendulang berbagai prestasi, Del Piero tentu juga pernah mengalami masa kelam bersama Juventus.
Setelah Del Piero berhasil membawa tim nasioal Italia juara Piala Dunia 2006 di Jerman, Juventus tersandung skandal terbesar dalam sejarah klub, Calciopoli.
Skandal Calciopoli membuat Juventus dihukum berat, yakni terdegradasi ke Serie B. Akan tetapi, pada masa inilah, Del Piero membuktikan kesetiaannya terhadap klub yang telah membesarkan namanya.
Beberapa pemain bintang Juventus, seperti Patrick Vieira, Emerson, Fabio Cannavaro, Lilian Thuram, dan Zlatan Ibrahimovic memilih hengkang ke klub lain.
Namun, sebagian lainnya memilih setia. Mereka adalah Pavel Nedved, David Trezeguet, Gianluigi Buffon, Mauro Camoranesi, dan tentunya Del Piero.
"Seorang pria sejati tidak akan pernah meninggalkan pasangannya," ujar Del Piero tentang Juventus saat terkena skandal Calciopoli.
Perlahan, Del Piero bersama rekan-rekan yang tersisa, berujuang keras mengembalikan Juventus ke Serie A.
Usaha tersebut membuahkan hasil. Juventus sukses menjadi jawara Serie B, dan Del Piero pun keluar sebagai top scorer kompetisi dengan torehan 20 gol.
Perpisahan
Sekembalinya ke Serie A, Del Piero dkk bertugas memulihkan kekuatan Juventus agar dapat bersaing lagi di papan atas sepak bola Italia.
Setelah berkali-kali ganti pelatih, Juventus akhirnya kembali stabil dan sukses meraih scudetto di bawah arahan Antonio Conte, yang notabene adalah mantan rekan satu tim Del Piero.
Namun, pada masa inilah Del Piero harus berpisah. Pihak manajemen Juventus berkeputusan tidak memperbarui kontrak sang kapten seusai musim 2011-2012.
Ia menjalani partai terakhirnya pada final Coppa Italia melawan Napoli pada 20 Mei 2012 di Stadion Olimpico. Saat itu, Juventus kalah 0-2.
Sepanjang 19 tahun di Juventus, Del Piero tercatat tampil dalam 673 pertandingan di berbagai ajang. Dari seluruhnya, dia berhasil mencetak 284 gol.
"Mulai besok, saya bukan lagi pemain Juventus. Namun, saya akan tetap menjadi bagian dari kalian. Sekarang, petualangan baru telah dimulai," tulis Del Piero dalam surat terbukanya untuk pendukung Juventus.
Selepas dari Juventus, Del Piero tak lantas pensiun. Ia memilih berkarier di Australia dan menandatangani kontrak dua tahun dengan Sydney FC.
Kemudian, pada Agustus 2014, Del Piero pun mencoba pengalaman baru di India. Ia bergabung ke Delhi Dynamos dalam kontrak pendek empat bulan.
Barulah pada Oktober 2015, setelah hampir satu tahun tanpa klub, Del Piero resmi mengumumkan pensiun dari sepak bola.
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | Berbagai sumber |
Komentar