Menjelang libur Natal-Tahun Baru, Juventus sudah memuncaki klasemen Serie A 2016-2017 dengan keunggulan empat poin bersih atas Roma di peringkat dua.
Penulis: Dwi Widijatmiko
Surplus poin boleh jadi sesungguhnya malah tujuh angka karena Juventus masih menyimpan satu pertandingan lebih banyak. Kondisi itu menjadi pertanda kuat bahwa La Vecchia Signora akan kembali merebut trofi juara.
Berarti Juventus bakal meraih scudetto keenamnya secara berturut-turut sejak 2011-2012.
Sextet scudetto adalah sebuah rekor bersejarah. Belum pernah ada tim yang mampu menjadi juara Serie A enam kali beruntun.
Apakah Juventus benar-benar tidak bisa dihadang meraih scudetto-nya yang ke-33? Teorinya apapun bisa terjadi dalam putaran kedua kompetisi nanti.
Akan tetapi, dalam rentetan lima raihan scudetto Juventus sebelumnya, hanya sekali terjadi Si Nyonya Tua bisa digoyang saat sudah menjadi capolista.
Kejadiannya adalah pada 2011-2012, musim pertama Juventus menjadi juara pasca-calciopoli.
Saat itu Juventus dan Milan sempat bergantian memimpin klasemen sampai akhirnya I Bianconeri mapan sejak pekan ke-31. Setelah itu, Juventus tidak pernah lagi bisa disalip kalau mereka sudah berada di puncak klasemen.
Cerita musim lalu yang paling keren. Sempat menempati peringkat 17, Juventus pelan-pelan naik dan berhasil menjadi capolista pada pekan ke-25. Mereka lantas tak tertahankan menjadi juara.
Juventus musim ini termasuk paling cepat menjadi capolista. Potensi surplus tujuh poin atas peringkat dua sebelum Natal juga merupakan yang terbesar setelah delapan poin pada musim 2012-2013.
Tim Zebra memang tidak sempurna musim ini. Mereka masih bisa dikalahkan. Tapi, Juve tetap bisa memenangi mayoritas duelnya melawan tim papan atas.
Baca Juga:
- 5 Rekrutan Paling Mengecewakan Premier League Musim Ini
- Jan Molby: Manchester City adalah Sasaran Empuk bagi Liverpool
- Ini Alasan FC Barcelona Enggan Beli Pelapis Sergio Busquets
Mereka juga mampu menyapu bersih laga-laga melawan tim-tim bottom-half klasemen, sebuah jurus sakti untuk menjadi juara. Justru para pesaing yang sering tersandung pada pertandingan yang "tidak-tidak".
Hal itu juga yang menjadi tambahan jaminan bahwa Juventus akan kembali merebut scudetto. Sekali lagi, tim-tim seperti Roma atau Napoli belum memperlihatkan konsistensi selayaknya Bianconeri.
Serunya Tiga Besar
Dengan Juventus boleh jadi bakal mengamankan gelar juara, tersisa "scudetto" lain berupa peringkat dua dan tiga, yang akan memberikan tiket ke Liga Champion 2017-2018. Perebutan tempat ke sana berlangsung lebih seru daripada scudetto.
Ada banyak tim yang sekarang melihat tiga besar sebagai sasaran yang realistis. Roma pastinya menjadi salah satu kandidat terkuat. I Lupi terlihat meyakinkan pada paruh pertama liga.
Mereka hanya dua giornata berada di luar tiga besar klasemen. Napoli sempat terlempar dari persaingan seiring cederanya striker pengganti Gonzalo Higuain, Arkadiusz Milik.
Tapi, belakangan Gli Azzurri mulai bangkit. Bayangkan kekuatan mereka nanti dengan Milik akan pulih ditambah pemain baru yang direkrut pada bursa transfer Januari.
Milan dan Lazio tampil mengejutkan pada putaran pertama kompetisi dan mereka boleh jadi bakal melanjutkan performa itu. Milan barangkali yang lebih bisa bersaing di jalur tiga besar.
Kesuksesan menjuarai Supercoppa Italiana akan melecut semangat dan kepercayaan diri Milan untuk menyelesaikan musim 2016-2017 dengan melampaui target. Pada awal musim, pelatih Vincenzo Montella cuma menyasar timnya lolos ke Liga Europa.
Inter juga tetap perlu disebut. I Nerazzurri seperti telah kembali menemukan jalan sukses setelah dilatih Stefano Pioli. Di tangan allenatore pengganti Frank de Boer itu, La Beneamata rata-rata mendapatkan 2,16 poin per laga.
Kalau rata-rata poin itu dipertahankan setelah kompetisi bergulir lagi, Inter berpotensi menyelesaikan musim dengan koleksi 73 poin. Jumlah angka itu mungkin cukup untuk fi nis di tiga besar klasemen.
[video]http://video.kompas.com/e/5262860732001[/video]
Prediksi Pemain Terbaik
Stabil memberikan performa level tinggi kepada Napoli, bahkan pada musim terburuknya di 2014-2015, Marek Hamsik seharusnya layak dinobatkan sebagai pemain terbaik Serie A 2016-2017.
Dialah alasan I Partenopei tetap mampu bersaing di papan atas kendati mendapatkan pukulan berupa hengkangnya Gonzalo Higuain dan cederanya Arkadiusz Milik.
Musim ini pemain yang membela Napoli sejak 2009-2010 ini sudah membukukan lima gol dan tujuh assist. Gelandang asal Slovakia ini dalam trek untuk mematahkan rekor terbaiknya dalam satu musim, 11 gol dan 14 assist, yang dibukukan pada kompetisi 2012-2013.
Kecintaannya pada Napoli dan Serie A menambah nilai Hamsik.
“Saya tidak perlu klausul pelepasan dalam kontrak karena saya tidak punya niat meninggalkan Napoli,” kata pemain berusia 29 tahun ini.
“Saya merasakan cinta dari publik. Saya lebih suka memenangi satu trofi besar bersama Napoli daripada 10 piala dengan klub lain”.
Musim ini Hamsik sudah mematahkan rekor gol legenda terbaik Napoli, Diego Maradona, di Serie A sebanyak 81 gol. Dia juga hampir melewati rekor lain Maradona dalam hal jumlah gol di semua ajang.
Hamsik sudah mencetak 105 gol, sedangkan rekor Maradona sebanyak 115 gol. Dengan kesetiaannya pada klub, Hamsik berpeluang bagus menjadi legenda baru Napoli.
Prediksi Raja Gol
Bomber Inter, Mauro Icardi, menutup 2016 dengan memuncaki daftar pencetak gol terbanyak.
Benar-benar berfungsi sebagai ujung permainan Inter, Icardi mungkin akan bisa melanjutkan performa itu pada paruh kedua kompetisi dan menjadi capocannoniere untuk kedua kali sepanjang kariernya.
Akan tetapi, cerita barangkali akan sama seperti kesuksesannya pada 2014-2015. Waktu itu Icardi harus membagi takhta capocannoniere dengan striker Hellas Verona, Luca Toni.
Kedua pemain sama-sama mencetak 22 gol. Kini Icardi boleh jadi juga tidak akan sendirian. Saingan Icardi adalah Andrea Belotti. Penyerang Torino itu juga rutin mencetak gol.
Konsistensinya bahkan lebih bagus daripada Icardi. Kalau Icardi pernah macet membukukan gol dalam empat pertandingan berturut-turut, Belotti tidak mengalami hal itu.
Dia didukung gaya main ofensif Torino dan Iago Falque-Adem Ljajic, dua rekan yang sudah fasih melayaninya dalam sistem 4-3-3.
Bagaimana dengan Edin Dzeko dan Gonzalo Higuain? Tentu saja mereka juga berpeluang. Tapi, konsistensi Dzeko lebih buruk daripada Icardi maupun Belotti.
Sementara Higuain, yang musim lalu mencetak rekor dengan mencetak 36 gol, justru sekarang harus membagi ketajaman dengan kumpulan bintang di Juventus.
[video]http://video.kompas.com/e/5265505882001_v1_pjuara[/video]
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar