Laga berlanjut ke waktu ekstra. Pukulan yang membuat Prancis tak mampu bangun lagi datang dalam wujud gol Eder pada menit ke-109.
Rileks
Rakyat Prancis mengalami patah hati luar biasa karena mayoritas dari mereka berpikir bahwa satu tangan Antoine Griezmann cs. sudah menggenggam trofi juara, sekalipun final belum dimulai.
Portugal memang datang ke final dengan cara kurang meyakinkan. Kelolosan ke fase gugur hanya didapatkan Seleccao das Quinas lewat status sebagai salah satu peringkat tiga terbaik babak penyisihan grup.
Sebelum bertemu Prancis di final, Portugal juga cuma pernah sekali menang di waktu normal, yakni ketika menekuk Wales 2-0 pada babak semifinal.
"Kami tahu bahwa Portugal punya keuntungan luar biasa: kami tidak diunggulkan. Pemain Prancis berpikir bahwa mereka akan memenangi laga dengan mudah," kata kapten Portugal, Cristiano Ronaldo, yang mengalami cedera dan hanya mentas selama 25 menit di final.
Ronaldo menceritakan bahwa penggawa Prancis sangat santai saat melakukan pemanasan. Bahkan beberapa kali awak Les Bleus terlihat tertawa lepas.
Sikap rileks lawan justru memberikan lecutan semangat hebat bagi Portugal. Ronaldo, yang tak bisa banyak berkontribusi di lapangan, membantu pelatih Fernando Santos memberikan motivasi dari area teknik.
Kolektivitas dan sikap rendah hati Portugal akhirnya mengalahkan Prancis yang jemawa. Fakta yang sangat susah dicerna pemain maupun fan Les Bleus.
Prancis gagal mengamankan trofi di rumah sendiri. Les Bleus "dihukum" oleh Eder, pemain yang mencari nafkah di Prancis bersama Lille.
Fakta bahwa Guerreiro merupakan bocah asli region Seine-Saint-Denis, tempat berlangsungnya partai final, ibarat garam yang ditambahkan ke luka Prancis.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No.2.728 |
Komentar