Cristiano Ronaldo kelelahan. Gareth Bale mengalami kram dan sulit merasakan kakinya. Kondisi tersebut nyatanya tak menghalangi jalan mereka mengantar Real Madrid menuju titel la undecima alias trofi Liga Champions ke-11.
Penulis: Sem Bagaskara
Real Madrid mengawali perjalanan mereka di Liga Champion 2015-2016 secara manis. Skuat asuhan Rafael Benitez itu tampil sebagai pencatat rapor paling apik di fase grup dengan mendulang 16 poin.
Klub-klub seperti PSG, Shakhtar Donetsk, dan Malmoe tak mampu menandingi keperkasaan Madrid. Los Blancos finis sebagai juara Grup A.
Jalan mudah juga dirasakan Ronaldo. CR7 langsung tancap gas. Dia bahkan sudah mencetak 11 gol pada babak penyisihan grup!
Baca juga:
- Mourinho Sanjung Gol Ajaib Mkhitaryan
- Pemain Buangan Real Madrid Ikut Tren Pindah ke China?
- Neymar: Tanpa Ballon d'Or, Saya Tak Akan Mati
Menatap babak 16 besar, guncangan mulai dirasakan Madrid.
Los Blancos menuju fase gugur dengan nakhoda anyar, Zinedine Zidane. Benitez dipecat seturut hasil-hasil negatif di kompetisi domestik.
Zidane lulus ujian pertama. Ahli strategi asal Prancis itu memimpin Madrid menuju perempat final dengan menekuk Roma (agregat 4-0) pada fase 16 besar.
Babak 16 besar menjadi kuburan klub-klub Italia. Secara dramatis, Juventus disingkirkan oleh jagoan Jerman, Bayern Muenchen (agregat 4-6).
Jalan Madrid menjadi juara kian berliku memasuki perempat final, semifinal, hingga final.
Los Blancos diselamatkan trigol heroik Ronaldo, yang mengantarkan tim menang 3-0 atas Wolfsburg pada leg II perempat final di Santiago Bernabeu.
Pada perjumpaan pertama, Madrid kalah 0-2 di kandang Wolfsburg. Babak berikut tak kalah rumit.
Bale Lelah
Keberhasilan Madrid menyingkirkan Manchester City (agregat 1-0) hanya ditentukan oleh gol bunuh diri Fernandinho.
Level kesulitan meningkat berkali-kali lipat ketika anak asuh Zidane bertemu rival sekota, Atletico Madrid, pada partai puncak yang digelar di San Siro, Milan (28/5).
Madrid memang bisa segera unggul via gol Sergio Ramos pada menit ke-15. Hanya, spirit Atletico untuk bikin gol balasan tak padam sekalipun kans emas via sepakan penalti Antoine Griezmann (48') dimentahkan mistar gawang.
Skor menjadi sama kuat 1-1 setelah Atletico menjebol gawang Keylor Navas lewat upaya pemain pengganti, Yannick Ferreira-Carrasco (79').
Skor imbang terus bertahan sampai duel berumur 120 menit. Menuju adu penalti, personel Madrid mengalami kelelahan luar biasa.
Bale bahkan mengalami kram. Koin dilempar, keputusan dibuat. Atletico memilih giliran menendang kedua. Pilihan yang menaruh Atleti ke dalam tekanan. Semua eksekutor Madrid sukses menunaikan tugasnya.
Ronaldo menjadi penentu kemenangan 5-3 Madrid atas Atletico di babak adu penalti.
"Saya melihat Zidane sebelum babak adu penalti dan berkata kepadanya agar menaruh saya sebagai penendang terakhir. Saya punya firasat akan mencetak gol kemenangan," kata Ronaldo.
Terakhir kali mentas di San Siro, Bale membawa pulang bola pertandingan berkat trigol yang dia ciptakan ke gawang Internazionale pada 2010. Dia juga mengamankan bola di final LC 2013-2014.
Tetapi, pada pada final 2015-2016, Bale sudah cukup puas hanya dengan meraih medali dan memilih tak membawa pulang bola.
"Saya sudah terlalu lelah," kata Gareth Bale.
CR7 Pemain Terbaik
Ibarat pahlawan super, Cristiano Ronaldo selalu muncul pada fase-fase krusial. Produktivitas luar biasa CR7 membuat Madrid bisa melalui fase grup Liga Champion 2015/16 dengan relatif mudah.
Los Blancos mengemas total 19 gol di babak penyisihan grup dan 11 di antaranya (57,8 persen) dikontribusikan oleh Ronaldo!
Sepanjang sejarah Liga Champions, tak ada pemain selain Ronaldo yang mampu mengemas 11 gol di fase grup.
Epos kepahlawanan Ronaldo kian nyata pada babak perempat final. Trigol miliknya mengantar Madrid menang agregat 3-2 atas Wolfsburg.
Ronaldo tampil sebagai pemain tersubur Liga Champions 2015-2016 dengan torehan 16 gol. Catatan itu adalah rekor kedua terbaik di sepanjang sejarah.
Siapa yang pertama? Rekor gol terbanyak dalam semusim Liga Champions juga dipegang oleh Ronaldo, tepatnya pada 2013-2014, di mana dirinya mengemas 17 gol.
Zinedine Zidane Pelatih Terbaik
Zinedine "Zizou" Zidane masuk ke dalam deretan spesial, yakni figur yang mampu menjuarai Liga Champions sebagai pemain dan pelatih.
Zizou mengikuti jejak nama-nama legendaris semodel Miguel Munoz, Giovanni Trapattoni, Johan Cruyff, Carlo Ancelotti, Frank Rijkaard, dan Pep Guardiola.
Zidane mengangkat trofi La Orejona (Si Kuping Besar) sebagai pemain pada 2001-2002.
Berselang 14 tahun, Zizou kembali berjodoh dengan Liga Champions, kali ini sebagai pelatih, dan tetap mengusung panji Real Madrid.
Zidane mulai bertugas menukangi Madrid pada fase gugur Liga Champion 2015-2016.
Seolah tak ada terobosan berarti dari Zidane. Keputusannya yang banyak menuai pujian paling hanya penempatan Casemiro sebagai jangkar.
Zizou memang tak membuat banyak gebrakan teknis, namun dia sukses memperbaiki kondisi psikologis tim.
Ruang ganti Los Blancos disebut lebih menyatu sejak Zidane mengambil alih tongkat komando kepelatihan dari Rafael Benitez.
"Kedatangannya sangat penting bagi kami sebab dia punya relasi bagus dengan pemain," kata bek Madrid, Sergio Ramos.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar