Sebelum potensi “tragedi” Adidas itu, United telah mengalami kerugian akibat Brexit. Keluarnya Inggris dari Uni Eropa membuat nilai mata uang poundsterling melemah terhadap dolar AS.
Sejak 30 September 2015 sampai setahun kemudian, nilai pound turun dari 1,5128 ke 1,2941 per dolarnya. Alhasil, utang Red Devils naik 18 persen dari 286,2 juta menjadi 333,7 juta pound.
Baty menyebut pula potensi penurunan pemasukan “satu digit juta pound” kalau United gagal lolos dari fase grup Liga Europa. Hanya, harga itu mungkin akan dibayarkan bila memudahkan United berada di empat besar liga pada akhir musim.
Ed Woodward, Direktur Eksekutif United, mencoba meniupkan nada optimistis penampilan pasukan Jose Mourinho akan membaik.
Dari 12 laga pertama, Iblis Merah hanya menang lima kali. Kini, United hanya berada di posisi keenam Premier League.
“Di lapangan, musim masih berada di taraf awal. Masih ada 27 laga Premier League (menjadi 26 setelah laga kontra Arsenal) yang harus dimainkan dan kami telah melaju ke perempat final Piala Liga,” ujar Woodward seraya mengamini keuangan United kuartal ini menggambarkan pengaruh absensi di Liga Champion.
Bila penyusutan nilai kontrak dengan Adidas masih menanti hasil musim ini, kegagalan lolos ke Liga Champions membuat pendapatan United menurun pada tiga bulan pertama hingga 30 September.
Total pendapatan yang masih besar (120,2 juta pound) merosot 3,4 juta atau sebesar 2,8 persen dari kuartal yang sama tahun lalu.
Salah satu penyebabnya adalah reduksi sampai 32,3 persen dari pemasukan tiket pertandingan. Karena tak tampil di LC, Chris Smalling dkk memainkan tiga laga lebih sedikit daripada periode yang sama pada 2015.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No.2.718 |
Komentar