Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Takdir dan Kebingungan Matteo Darmian di Man United

By Jumat, 18 November 2016 | 18:20 WIB
Bek Manchester United, Matteo Darmian (kiri), berebut bola dengan gelandang Swansea City, Wayne Routledge, dalam pertandingan Premier League 2016-2017 di Stadion Liberty, Swansea, Wales, pada 6 November 2016.
MICHAEL STEELE/GETTY IMAGES
Bek Manchester United, Matteo Darmian (kiri), berebut bola dengan gelandang Swansea City, Wayne Routledge, dalam pertandingan Premier League 2016-2017 di Stadion Liberty, Swansea, Wales, pada 6 November 2016.

Sektor kanan pertahanan Manchester United bakal menjadi daerah yang menarik saat bertemu Arsenal pada Sabtu (19/11/2016). Daerah tersebut bakal sering dimasuki oleh para gelandang dan striker The Gunners. United sepertinya harus super hati-hati menjaganya.

Penulis: Dedi Rinaldi

Pemain Arsenal, Mesut Oezil dan Alexis Sanchez, kerap menusuk ke sektor itu.

Dengan cederanya Antonio Valencia, maka pilihan yang paling realistis adalah bek asal Italia, Matteo Darmian, ditugaskan memanggul tugas berat mengawal sektor tersebut.

Darmian menyatakan siap, meski bisa jadi dirinya terjerat kelelahan setelah bertugas membela tim nasional Italia di pertandingan internasional.

Darmian dimainkan selama 90 menit oleh pelatih Italia, Giampiero Ventura, dalam laga uji coba melawan Jerman (16/11/2016).

Namun, Darmian tak akan melewatkan kesempatan melawan Arsenal. Pasalnya, pada musim ini dia baru terlibat dalam lima laga di seluruh kompetisi. Jauh berbeda dari musim lalu, saat bermain dalam 39 laga.

Manajer Jose Mourinho lebih memilih memainkan Valencia di pos yang biasanya ditempati Darmian. Soal mengapa dirinya tidak banyak mendapatkan kesempatan bermain di bawah Mourinho, bek berusia 25 tahun ini mengaku tidak tahu.

Baca Juga:

Padahal, ada yang berbeda dalam penampilan Darmian pada musim ini. Ia bermain lebih ofensif tanpa meninggalkan gaya aslinya, yaitu bertahan secara disiplin.

“Itu adalah pertanyaan sulit. Pelatih membuat keputusan dan kami para pemain harus menerimanya. Saya selalu bekerja keras dan memberikan yang terbaik ketika ditunjuk dan saya akan meneruskannya,” kata Darmian.

Meski begitu, Darmian menegaskan dirinya tidak kekurangan determinasi karena sudah siap fundamental, khususnya dalam menghadapi kondisi tidak banyak mendapatkan kesempatan bermain.

Pelapis

Mungkin sudah takdir Darmian sebagai pemain pelapis. Ketika diboyong dari Torino dengan nilai transfer 296 miliar rupiah untuk durasi empat tahun, Manajer United terdahulu, Louis van Gaal, memang membelinya sebagai pelapis Valencia.

Padahal, bek dengan tinggi tubuh 182 cm itu dipuji oleh mantan pemain belakang Italia, Marco Materazzi. United disebut sangat beruntung bisa meminang Darmian.

“Di Piala Dunia 2014, Darmian bukan pemain terbaik, tapi dia merupakan pemain belakang terbaik Italia,” kata Materazzi.

Tekel Darmian terkenal keras. Pada musim 2012/13, ia tercatat sebagai pemain dengan tingkat kesuksesan tekel tertinggi di lima liga top Eropa. Darmian juga piawai dalam duel udara dan punya kemampuan lari kencang.


Bek Manchester United, Matteo Darmian, tampil pada laga kualifikasi Liga Champions kontra Club Brugge di Stadion Jan Breydel, 26 Agustus 2015.(Dean Mouhtaropoulos/Getty Images)

Namun, Darmian dinilai masih ragu dalam menusuk hingga kotak penalti lawan.

Hal inilah yang harus terus dicermati oleh Darmian, dalam arti meningkatkan agresivitas dalam menyerang serta kekuatan fisik, di mana pemain-pemain asal Italia kerap keteteran dalam hal tersebut.

Dengan persaingan mendapatkan posisi begitu tinggi di United, maka Darmian harus selalu siap 100 persen. Apalagi, United merupakan klub beken Inggris yang terkenal menempatkan pemain asal Italia sebagai minoritas.

Sepanjang perjalanan panjang United, daftar pemain Italia yang pernah datang ke Old Trafford terbilang pendek. Bahkan, semasa United masih berada di tangan Sir Alex Ferguson, pemain Italia tak pernah mendapatkan peluang menjadi pemain permanen.

Satu-satunya pemain asal Italia yang lumayan mendapatkan tempat di United adalah gelandang Carlo Domenico Sartori (1968-1972).

Pada masa United ditangani Sir Alex, sebenarnya beberapa pemain Italia sempat masuk. Namun, semua Italiano seperti menghilang tersedot lubang hitam.
Mulai kiper Massimo Taibi (1999-2000), lalu datang Giuseppe Rossi (2004-2007), yang dibeli dari akademi Parma pada usia 17 tahun.

Rodrigo Pereira Possebon (2008-2010), meski kelahiran Brasil tetapi menjadi pemain berbendera Italia berikutnya di United. Possebon terlihat oleh pencari bakat United saat memantau si kembar Rafael dan Fabio da Silva di Brasil.

Pemain Italia berikutnya, striker Federico “Kiko” Macheda (2009-2014), juga masuk ke United pada usia muda, 16 tahun. Tapi, Macheda pun tidak berhasil menjadi pemain utama.

[video]http://video.kompas.com/e/5213628516001_v1_pjuara[/video]

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Firzie A. Idris
Sumber : Tabloid BOLA


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X