Tanggal 24 September 2016 di Emirates, London. Chelsea kalah 0-3 dari Arsenal. Pelatih The Blues, Antonio Conte, meradang.
Penulis: Dwi Widijatmiko
Conte tidak menyebut nama, tapi orang tahu dia menyasar Branislav Ivanovic dan Cesc Fabregas sebagai biang keladi kekalahan.
"Kami kalah sebagai tim. Hari ini kami sadar bahwa tim ini harus banyak memperbaiki diri jika ingin berada di dekat puncak klasemen, bukan di papan tengah," kata Conte kepada Telegraph ketika itu.
Pesta gol Arsenal itu memicu transformasi Chelsea. Setelah pertandingan itu, Conte mengganti formasi timnya menjadi 3-4-3 dan Chelsea berubah drastis.
Mereka selalu menang dalam lima pertandingan, mencetak 16 gol, dan gawangnya belum pernah kebobolan. Sungguh berbeda dari enam laga sebelumnya.
Saat itu Chelsea masih memakai pola 4-1-4-1 atau 4-2-3-1. Conte sebetulnya sudah melihat ada potensi masalah kendati Chelsea menang terus dalam tiga pertandingan pertama.
"Saya khawatir karena kami kebobolan terlalu banyak gol dan membiarkan lawan terlalu banyak membuat peluang," ujar Conte.
Ya, gawang Chelsea dijebol West Ham dan Watford dalam dua partai pertama. Kekhawatiran Conte makin besar setelah timnya kebobolan lagi, masing-masing dua gol saat menghadapi Swansea serta Liverpool.
Akan tetapi, saat itu dia mungkin masih berpikir yang penting Chelsea masih mampu mencetak gol.
Kekalahan dari Arsenal akhirnya menyadarkan Conte bahwa Chelsea harus berubah. Bukan cuma kebobolan tiga gol, timnya tidak bisa mencetak gol.
"Saya pikir ketika ingin menang, Anda harus punya keseimbangan. Ketika Anda menyerang maupun bertahan. Sangat penting untuk menemukan solusi dalam situasi bertahan, sekaligus situasi menyerang," tutur Conte lagi.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.716 |
Komentar