Angin yang menerpa kursi kepelatihan Indra Sjafri di Bali United kian kencang. Pemecatan sang pelatih bukan lagi sekadar tuntutan dari suporter, melainkan diisukan sudah masuk dalam pertimbangan manajemen.
Penulis: Yan Daulaka/Andrew Sihombing
Rumor menghebat setelah beredarnya foto-foto Jacksen Tiago di Stadion Kapten I Wayan Dipta saat Bali United menjamu Bhayangkara FC pekan lalu.
Baik Jacksen dan manajemen Serdadu Tridatu memang membantah. Namun, fakta bahwa sang pelatih dijemput dengan menggunakan mobil Bali United seperti disebut sumber BOLA bisa bermakna lain.
Berikut beberapa faktor untuk memahami tuntutan pemecatan sang pelatih:
Pemain Asing
Indra Sjafri sempat menyebut bahwa Bali United asuhannya tak akan memakai jasa pemain asing. Namun, di tengah jalan atas permintaan suporter, sang pelatih akhirnya mengimpor pemain.
Hanya, di sini letak masalahnya. Yo Jae-hon, Ha Dae-won, Lucas Patinho, Kiko Insa, Nemanja Vidakovic, Zoran Knezevic, dan Daniel Hafferman dinilai tak punya kemampuan istimewa dibanding pemain lokal.
Hanya Ahn Byung-keon yang mendapat apresiasi dari suporter. Semua pemain itu dicari dan didatangkan oleh Indra.
Minim Plan B
Indra Sjafri boleh memesona saat menukangi Indonesia U-19. Namun, racikan lelaki 53 tahun ini rupanya sudah dikunci oleh pelatih-pelatih lain. Gaya permainan Bali United sudah dihafal oleh tim lawan.
Masalahnya, Indra seperti tak punya rencana B saat strateginya mentok. Torehan 23 gol, yang hanya lebih baik dibanding Persija Jakarta (21) pada TSC, memperlihatkan betapa Indra belum mampu mencari solusi permasalahan tim.
Laga Kandang
Sejak awal, suporter Bali United tidak menuntut tim kesayangan mereka menjadi juara di TSC. Semeton Dewata hanya meminta satu hal, yakni menjadikan Stadion Kapten I Wayan Dipta angker bagi lawan-lawannya.
Harapan ini yang tak bisa dipenuhi Bali United. Dari 13 laga kandang, Gede Sukadana cs dipaksa menelan dua kekalahan dan enam kali imbang.
Banyak yang mulai membanding-bandingkan saat Stadion Kapten I Wayan Dipta dipakai oleh Persegi Gianyar. Salah satunya I Wayan Sukadana.
Kapten Persegi saat kompetisi Divisi Utama 2004-2005 itu menceritakan tangguhnya Persegi dalam laga kandang. Bahkan saking susahnya mendapatkan poin dari stadion tersebut, ada pemain lawan yang sampai mengajak main mata dengan ofisial Persegi.
"Saat itu, pemain yang beragama Hindu biasanya bersembahyang di pura depan pintu utama stadion sebelum pertandingan. Tujuannya untuk mendapatkan berkat dengan percikan tirta (air) yang sudah disucikan. Setelahnya, kami berdoa di pelinggi meminta pertolongan dan keselamatan," ujar Sukadana.
"Yang jelas, usai berdoa dan membawa sesajen, rasa percaya diri kami sangat tinggi. Selain itu, jangan sekali-sekali ofisial maupun pelatih dan pemain merasa sombong dan menganggap enteng lawan," lanjutnya.
Bisnis
Pemilik Bali United, Pieter Tanuri, dan CEO Yabes Tanuri beberapa kali menekankan bahwa Bali United juga diniatkan sebagai entitas bisnis.
Kehadiran suporter dalam setiap laga kandang Bali United dijadikan tolok ukur untuk melihat apakah roda bisnis klub sudah berjalan di jalur yang tepat atau tidak.
Di mata manajemen, kemenangan kandang adalah syarat untuk membuat suporter berbondong-bondong datang ke stadion. Hal terakhir ini tak bisa diwujudkan oleh Indra Sjafri.
Rentetan hasil kurang memuaskan belakangan membuat jumlah suporter yang datang langsung mendukung Fadil Sausu cs berkurang.
Dalam partai pamungkas versus Bhayangkara FC misalnya, hanya 6.479 orang yang hadir di Stadion Kapten I Wayan Dipta. Angka itu adalah yang terendah di kandang Bali United sepanjang TSC.
Editor | : | Aloysius Gonsaga |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar